Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Dollar AS Menguat, Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Tak Sebesar Ringgit, RI Perlu Subsidi Harga Pangan

Kompas.com - 25/10/2023, 07:30 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah mata uang di beberapa negara menujukkan pelemahan atau depresiasi imbas dari menguatnya dollar AS. Termasuk, depresiasi rupiah atau pelemahan rupiah. Namun, pelemahan rupiah tak sebesar depresiasi pada ringgit Malaysia, bahkan yen Jepang.

Hal ini disampaikan Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Selasa (24/10/2023). Menurut dia, dengan menguatnya dollar AS, maka sejauh ini tingkat suku bunga masih akan naik dan mata uang rupiah akan mengalami depresiasi alias pelemahan.

“Depresiasi rupiah hanya sekitar 2 persen, lebih rendah daripada depresiasi ringgit Malaysia sekitar 8 persen atau yen Jepang yang lebih tinggi lagi,” kata Chatib.

Baca juga: Chatib Basri: Depresiasi Rupiah Hanya 2 Persen, Lebih Rendah dari Ringgit Malaysia

Ia menambahkan, depresiasi rupiah sebenarnya bisa dikelola dan tidak menjadi persoalan yang besar. Menurut dia, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga merupakan upaya memperlunak dampak volatilitas mata uang dan bukan mengendalikan levelnya.

Dalam situasi saat ini, langkah-langkah makroprudensial perlu diambil. Chatib mengaku tidak terlalu khawatir soal pelemahan rupiah saat ini, mengingat depresiasi rupiah jauh lebih rendah.

“Opsi yang tersedia adalah meningkatkan suku bunga sambil mendorong kebijakan makroprudensial,” kata Chatib.

Baca juga: Menko Airlangga: Rupiah Bukannya Melemah, tapi Dollar AS yang Menguat

Dampak inflasi

Selanjutnya, Chatib mendorong adanya perlindungan kepada kelompok rentan, sebagai imbas menguatnya dollar AS seperti tantangan inflasi.

Menurut dia, tantangan inflasi dalam situasi ini tidak hanya berasal dari kebijakan moneter, tetapi juga dapat berkaitan dengan tingginya harga atau volatile food, terutama karena beberapa negara melakukan batasan ekspor seperti kasus India, dengan beras.

“Solusinya harus datang dari sektor fiskal dan perdagangan," katanya.

Penguatan dollar AS yang berimbas ke harga BBM dan kenaikan harga beras. Untuk itu, lanjutnya, pemerintah perlu memberikan subsidi harga pangan dan menyerap kenaikan harga BBM.

"Hingga Agustus ini masih ada surplus APBN, ini menjadi ruang untuk alokasi anggaran dalam subsidi pangan dan sepantasnya negara mengambil tindakan untuk menstabilkan harga,” tegas dia.

Baca juga: Rupiah Melemah Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS, Pengusaha: Kami Pasti Terdampak...

Sebagai informasi, rupiah terus mengalami tren penurunan dimana pada April 2023 lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 14.600-an, namun nilai tukar terus melemah hingga saat ini menjadi berada di level Rp 15.800-an.

Mengutip data Bloomberg, rupiah sore ini ditutup pada level Rp 15.849 per dollar AS. Rupiah menguat 84 poin atau 0,53 persen dibandingkan sebelumnya Rp 15.933 per dollar AS.

(Tim Redaksi: Kiki Safitri, Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com