KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Lengser Cantik

Kompas.com - 04/11/2023, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM banyak organisasi dengan figur pemimpin yang kuat, satu hal yang bisa menimbulkan keresahan banyak pihak adalah saat sang pemimpin harus melepaskan tongkat estafetnya kepada penerusnya.

Dapatkah pemimpin baru mengukir prestasinya sendiri? Sejauh mana pemimpin lama akan membayang-bayangi penerusnya dan tetap campur tangan meskipun ia sudah lengser?

Kita sering kali melihat situasi dengan pemimpin yang tidak siap meninggalkan posisinya. Padahal. ungkapan umum yang sering terdengar adalah “persiapkan rencana lengsermu pada waktu kamu memulai kariermu”.

Kita sudah tahu bahwa segala sesuatu di dunia ini mengikuti siklus perubahan lahir-hidup-mati. Tidak ada yang abadi. Demikian pula dengan kepemimpinan.

Baca juga: Tata Krama di Dunia Digital

Bukankah setiap kepemimpinan akan menjalani berbagai tahap mulai dari masa adaptasi, masa “bulan madu”, masa berprestasi, kemudian memasuki masa senja dan akhirnya tenggelam? Sayangnya, meski semua tahu tentang hal ini, tidak semua pemimpin benar-benar menyadari bahwa mereka akan mengalami siklus ini.

Banyak yang sampai akhir jabatannya masih mengkhawatirkan kesuksesannya, bagaimana ia dapat meraih sukses lebih besar lagi, bahkan merasa bahwa waktu jabatannya tidak cukup untuk menyelesaikan semua misinya.

Ia pun kemudian sibuk mencari cara untuk menyelamatkan jabatannya untuk beberapa waktu lagi. Banyak kekhawatiran yang memenuhi benaknya. Ada yang menyangkut organisasinya, tanggung jawabnya, tetapi ada juga kekhawatiran mengenai diri dan keluarganya yang tidak lagi memiliki kekuasaan. Sesungguhnya, apakah transformasi kepemimpinan seperti ini benar-benar dapat dilakukan dengan mulus oleh para pemimpin?

Baca juga: Manusia Pembelajar

Pemilihan Arvind Krishna sebagai pengganti Ginni Rometty dipuji banyak pihak sebagai pilihan yang tepat dan menunjukkan komitmen Chairman sekaligus President and CEO IBM, Ginni Rometty, terhadap masa depan IBM.

Arvind yang telah sukses dalam memimpin akuisisi terbesar dalam sejarah IBM memang dianggap sebagai pilihan yang logis dengan kekuatannya terhadap teknologi cloud, setelah sebelumnya banyak berfokus pada jasa layanan di bawah kepemimpinan Ginni.

Ginni pun dipuji banyak pihak karena menyerahkan IBM ke tangan Arvind dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada saat ia menerimanya empat dekade lalu.

Baca juga: Humor di Tempat Kerja

Jeff Bezos menyiapkan penerusnya, Andy Jassy, untuk meneruskan visi dan misinya di Amazon. Sementara itu, Bezos sendiri langsung sibuk dengan proyek-proyek lain yang mendukung inovasi Amazon. Dengan cara seperti ini, Amazon mendapatkan keuntungan dari keberadaan ruang inovasi yang berlipat ganda.

Indahnya graceful exit

Dalam mengonsumsi buah, kita perlu jeli melihat kapan saat yang tepat. Terlalu cepat, rasa buah tentunya masih masam. Sementara kalau terlalu matang, apalagi sampai busuk, buah sudah tidak lagi bisa dikonsumsi.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.
Demikian halnya dengan perjalanan karier kita. Pada saat kita merasa bahwa benih-benih kreativitas mulai mengering dan ide solusi mulai itu-itu saja, kita perlu memberi “lampu merah” kepada diri sendiri bahwa mungkin sudah waktunya untuk menyerahkan tongkat estafet sebelum kita sendiri jatuh terpuruk karena kelelahan.

Kita menyaksikan beberapa atlet yang begitu mencapai puncak prestasinya langsung mengumumkan pengunduran diri dengan beragam alasan. Ada yang merasakan kelelahan sehingga tidak dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi lagi. Ada juga yang mulai menemukan antusiasme dalam bidang baru yang berbeda.

Baca juga: Membangun Rasa Percaya

Dengan perhitungan waktu yang matang, seorang pemimpin dapat meninggalkan nama harum setelah kepergiannya. Hasil karyanya menjadi legacy yang akan diingat publik sepanjang masa, bahkan tercatat dalam sejarah.

Bagi organisasi, pergantian pemimpin merupakan kesempatan baru untuk mendapatkan ide-ide segar yang dapat menawarkan perspektif baru. Berlandaskan kesuksesan yang sudah dibangun oleh pemimpin lama, pemimpin baru dapat melakukan eksplorasi pada area yang selama ini belum tersentuh, mencari celah kesempatan, memperbaiki inefisiensi, dan membuat target yang lebih ambisius.

Baca juga: Kemampuan Memimpin adalah Keterampilan Nonteknis

Bagi pemimpin sendiri, memasuki masa pensiun perlu dilihat sebagai peluang untuk menyambut kesempatan baru untuk melakukan hal-hal yang selama ini diidam-idamkan, tetapi tersisihkan karena fokus tanggung jawab pada organisasi. Kita bisa mempelajari olahraga baru, melakukan hobi yang terlupakan, menikmati eksplorasi tempat-tempat baru, ataupun memasuki dunia filantropi yang lebih menenteramkan hati.

Transformasi kepemimpinan = hasil proses budidaya

Banyak pemimpin mempertahankan posisinya karena merasa tidak ada suksesor yang sudah siap menggantikannya. Sebelum hal ini terjadi, baiknya pemimpin mengevaluasi langkah-langkah persiapan yang dilakukannya saat ini karena mencetak pemimpin baru merupakan bagian dari tugas tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

Bagaimana cara kita selama ini mengasah dan menggembleng para talenta agar siap untuk bersinar? Apakah mereka diberi kesempatan untuk mengalami peran memimpin di berbagai fungsi dalam organisasi?

Baca juga: Fakta-fakta Keburukan

Dalam organisasi-organisasi yang mapan, program pembentukan pemimpin berlangsung secara sistematis, mulai dari memilih dan membidik bibit terbaik, menyediakan program-program pembekalan untuk meningkatkan keterampilan, hingga memberikan kesempatan untuk mengalami tantangan dalam berbagai bidang penting di organisasi.

Suksesi tidak hanya pada pimpinan puncak, tetapi juga dapat terjadi pada berbagai level di organisasi sehingga kesadaran mengenai akan adanya pergeseran kepemimpinan sudah harus ditanamkan dalam benak setiap karyawan. Hal ini akan membatasi “ketidakpastian” yang beredar di seluruh organisasi karena transformasi kepemimpinan dipandang sebagai hal biasa yang lazim terjadi.

Kita perlu melihat proses transformasi ibarat permainan balok jenga. Bila penarikan balok dilakukan dengan gegabah, seluruh bangunan berisiko runtuh. Namun, bila dilakukan dengan penuh kehati-hatian, bangunan dapat tetap berdiri dengan baik.

Sebagai pemimpin, peran kita adalah memastikan bahwa organisasi tetap dapat berdiri dengan kokoh sampai waktu yang lama setelah kita tinggalkan.

 


Terkini Lainnya

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Rilis
Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Whats New
5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

Spend Smart
Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Whats New
Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Spend Smart
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com