MASA depan sektor transportasi sangat dipengaruhi perkembangan ekonomi. Jika ekonomi nasional atau daerah tumbuh 5 persen, maka volume kendaraan akan naik 8 persen atau 1,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.
Begitu tulis Danang Pariket dalam buku biografinya yang diterbitkan oleh Kompas (2023).
Dengan demikian, berapa persen target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan sejalan seiring dengan volume kendaraan yang melaju di semua ruas jalan.
Jika mengandalkan pergerakan ekonomi dilayani oleh kendaraan truk dan mobil barang lainnya, maka pelebaran jalan adalah solusinya. Baik berupa jalan raya maupun jalan tol.
Namun jika pergerakan barang dan orang ingin dilayani oleh angkutan massal, maka opsinya membangun sistem pekeretaan dan bus. Semua dapat diangkut secara massal.
Opsi ini pasti akan mengubah lanskap transportasi nasional. Sebab fokus pengembangan perangkutan di Indonesia cenderung tidak ke arah angkutan massal, meskipun tetap ada.
Angkutan massal masih "rintisan". Berbeda dengan pembangunan jalan raya/tol yang sedemikian dominan sehingga pergerakan barang dilakukan dengan truk dan kendaraan pribadi untuk penumpang.
Skema pengembangan sistem transportasi nasional memang sangat bergantung pada kebijakan pemimpin nasional. Jika presiden memutuskan pengembangan transportasi pada sektor dan sistem tertentu, maka sudah pasti akan terlihat rintisan dan hasilnya.
Seperti yang dilakukan Presiden Jokowi. Ketika memutuskan pengembangan sektor transportasi seperti mendorong pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, kereta cepat, kereta trans tiap pulau, dan semacamnya, maka inilah yang kita miliki saat ini.
Jika mahzab sektor transportasinya pada hal lain, maka capaiannya juga lain.
Namun yang menenangkan kita semua adalah Presiden Jokowi memiliki visi transportasi. Bayangkan jika presiden tidak ada minat pada pembenahan dan pengembangan sektor transportasi, maka tidak ada diskursus yang bisa kita bahas bersama di sektor ini.
Kita akan disibukkan permasalahan klasik seperti kemacetan, tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi, antrean panjang di pelabuhan, dan sebagainya.
Setiap visi transporasi pada akhirnya akan berdampak pada kegiatan lainnya. Selalu menghasilkan perdebatan panjang.
Hingga saat ini, kemana arah pengembangan transportasi Capres/Cawapres masih belum begitu kuat tersampaikan.
Misalnya, pengembangan sistem perkeretaapian lintas provinsi di semua pulau di Indonesia akan digenjot untuk logistik dan penumpang.