Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ana Mustamin
Profesional

Anggota Dewan Pakar BS Center

Kualitas Capres, Nilai Sejati atau Nilai Pasar?

Kompas.com - 17/01/2024, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA sering mengambil analogi bursa efek dalam menganalisis jalannya pemilihan presiden dan calon presiden. Meski tidak persis sama, namun ada sejumlah perangkat analisis yang bisa digunakan untuk membuat keputusan.

Dalam berinvestasi di bursa efek, investor umumnya menggunakan dua jenis analisis untuk menilai saham, apakah layak dibeli atau tidak. Analisis itu adalah teknikal dan fundamental.

Analisis teknikal dilakukan untuk menelaah pola pasar, mengamati permintaan, dan penawaran. Analisis ini bermanfaat untuk memprediksi probabilitas rangkaian kejadian, tetapi bukan kejadian aktual.

Bagi investor sejati, analisis ini tentu tidak diabaikan. Namun bagi spekulan, kepentingan pembahasan pergerakan pasar tidak terlalu berguna karena analisis ini dianggap kurang memiliki landasan teoritis selain penegasan bahwa harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan, dan bahwa pengalaman masa lalu relevan dalam memprediksi masa depan.

Dalam kampanye pilpres, analisis teknikal digunakan para tim kampanye dengan mengacu dan menilai pemilu presiden periode sebelumnya dan pemilu legislatif.

Salah satu pengalaman masa lalu, misalnya, antara lain bahwa partai pemenang pemilu yang mengusung calon presiden tertentu tidak selalu berbanding lurus dengan suara masyarakat ketika mereka memilih presiden.

Demikian juga bahwa janji-janji kampanye tidak selalu dipenuhi oleh calon yang akhirnya berkuasa. Bahwa rangkaian kejadian dari pemilu satu ke pemilu berikutnya tidak selalu menunjukkan konsistensi figur.

Informasi ini tentu cukup berharga dan (seharusnya) mengontribusi penyusunan strategi kampanye dan penggalangan/koalisi masing-masing capres.

Bagi pengamat ekonomi dan pelaku pasar, analisis fundamental, biasanya lebih menarik karena ini merupakan hasil pengembangan teori ekuilibrium (keseimbangan).

Di bursa, saham dianggap memiliki nilai sejati (true value) atau nilai fundamental (fundamental value) yang berbeda dari “harga pasar” yang berlaku untuk saham tertentu.

Nilai fundamental (nilai sejati) suatu saham dapat diterapkan sekaitan dengan daya-laba (earning power) dari aset yang mendukungnya (underlying assets) atau sekaitan dengan nilai fundamental dari saham-saham lain.

Dengan cara yang mana pun, harga pasar suatu saham dianggap cenderung mengarah ke nilai fundamentalnya selama satu kurun waktu sehingga analisis nilai fundamental memberikan pedoman yang berguna untuk keputusan investasi.

Bagaimana dengan keputusan memilih calon presiden (dan calon wakil presiden)?

Capres pada dasarnya memiliki nilai sejati atau nilai fundamental sebagai ‘aset’ yang mendukungnya.

Nilai ini antara lain bersumber dari pencapaian dan karakteristik pribadi masing-masing capres dihadapkan dengan sekumpulan pencapaian dan karakteristik ideal – diyakini secara teoritis – yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin negara.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com