JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo meyakini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan bergerak cenderung menguat hingga pengujung tahun 2024. Salah satu penopangnya ialah mulai kembali masuknya aliran modal asing atau capital inflow ke pasar keuangan RI.
Berdasarkan data JISDOR, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memang bergerak cenderung menguat selama beberapa hari terakhir. Pada Jumat (3/5/2024) hari ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.094 per dollar AS, menguat dari posisi Kamis (2/5/2024) kemarin sebesar Rp 16.202 per dollar AS.
"Kami meyakini dari Bank Indonesia bahwa penguatan nilai tukar rupiah itu akan terus berlangsung dari sekarang menjadi sampai dengan akhir tahun," ujar Perry, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat.
Baca juga: Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah
Proyeksi positif itu dibuat bank sentral dengan melihat data transaksi kontrak valuta asing (valas) di dalam maupun luar negeri. Oleh karenanya, Perry optimis, dalam kurun waktu 1 bulan ke depan, kurs rupiah bakal menguat ke level Rp 16.000 per dollar AS.
"Bank Indonesia meyakini bahwa nilai tukar rupiah akan menguat ke Rp 16.000 dan kemudian Rp 15.800," katanya.
Aliran modal asing kembali masuk ke RI
Salah satu pemicu utama menguatnya kurs rupiah belakangan ialah kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan RI. Perry bilang, pada pekan pertama Mei, capital inflow kembali terjadi di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN).
Di instrumen SRBI, nilai capital inflow mencapai Rp 1,58 triliun pada 3 hari pertama Mei. Nilai capital inflow lebih besar ditorehkan di instrumen SBN, yakni mencapai Rp 3,75 triliun.
"Itu faktor yang akan memperkuat stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah, yaitu kembali masuknya investasi portofolio tidak hanya di SRBI," tutur Perry.
Kembali masuknya aliran modal asing selaras dengan keputusan BI untuk mengerek suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,25 persen pada gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) April lalu. Efek dari kenaikan suku bunga BI sudah dirasakan di pasar keuangan dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.
Baca juga: IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan
Perry menjelaskan, kenaikan imbal hasil atau yield membuat obligasi RI kembali menjadi menarik. Bahkan, perbedaan yield obligasi SBN dengan yield obligasi negara berkembang lain, seperti India, sudah menjadi lebih baik.
"Sehingga itu menjadi atraktif," kata Perry.
Pada saat bersamaan, fundamental perekonomian RI dinilai masih terjaga di tengah ketidakpastian global yang meningkat. Hal ini pun akan menopang kinerja pasar keuangan RI, dan pada akhirnya mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
"Tentu saja prospek ekonomi menjadi daya tarik inflow," ucap Perry.
Baca juga: Perlunya Mitigasi Saat Rupiah Undervalued
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.