Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Timmy Pendiri Kitabisa.com, Terinspirasi Sang Ayah hingga Raih Penghargaan Forbes

Kisah anak muda kelahiran Padang, Sumatera Barat 27 Desember 1991 itu nampaknya bisa menjadi inspirasi. Sebab, selain sukses berwirausaha, dia juga menciptakan platform yang membantu orang banyak.

Dikutip dari Antara, Sabtu (9/11/2019), awal mula Timmy membangun platform Kitabisa karena terinspirasi ayahnya. Ayahnya selalu mengajarkan dia untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Dia pun terinspirasi oleh akademisi dan praktisi bisnis, sekaligus Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali saat dia mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).

Dari situ, dia mencoba menarik benang merah antara perbuatan baik, kreatif, dan tekad kuat hingga terbentuklah platform Kitabisa. Sebab dia tahu, membuat sebuah perusahaan rintisan bukan hanya soal tekad, tapi juga kekreatifan.

Di awal-awal berdiri pada 2013, Timmy mengaku sulitnya mengembangkan perusahaan rintisan. Kitabisa belum tumbuh menggembirakan. Belum lagi dia bersaing dengan platform-platform kelas atas pada waktu itu, seperti Gojek, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, dan sebagainya.

Bahkan untuk mencari investor saja, dia harus mati-matian mencari peluang dan mengalahkan lawan-lawannya. Jarang sekali investor melirik platform kegiatan kewirausahaan sosial karena kerap disebut sebagai proyek sesaat.

"Kewirausahaan sosial adalah bisnis dengan konsep untuk memecahkan masalah ekonomi sosial. Namun, tidak sedikit yang menganggap, kewirausahaan sosial adalah proyek sesaat," ujar Timmy.

Kendati, dia tak pernah patah arang. Mengingat dirinya bukan berasal dari IT, dia tidak malu menjalin jejaring pertemanan dengan para ahli IT.

Cara-cara yang ditempuhnya terbukti berhasil. Seiring berjalannya waktu, kitabisa.com terus tumbuh menjadi aplikasi yang dikenal orang. Dari yang semula hanya melalui website, kitabisa.com akhirnya meluncurkan aplikasi pada tahun 2017.

Konsep berdonasi dari platform Kitabisa dibuatnya sedemikian mudah, sama halnya dengan belanja online. Kapan saja bisa diakses dengan beragam tujuan sosial.

"Kami berupaya untuk menyediakan kemudahan bagi masyarakat untuk berdonasi kapan saja secara online untuk beragam tujuan sosial, personal, dan kreatif," kata Timmy.

Dengan menggunakan teknologi informasi masa kini, dia membuat konsep "menjemput bola" bantuan. Sebab, platform tersebut bisa mempertemukan mereka yang membutuhkan bantuan dan pemberi donasi dalam satu wadah.

Hingga tahun 2019, platformnya terus berkembang pesat. Tidak hanya orang biasa, sejumlah artis papan atas dan selebgram seperti Rachel Vennya kerap menggunakan platform yang satu ini saat menggalang dana maupun membantu korban tsunami Palu-Donggala.

Uniknya, pihak Timmy tidak pernah mengenakan biaya administrasi dalam penggalangan dana untuk korban bencana alam dan zakat.

"Sebagai 'social enterprise' kami mengenakan biaya administrasi sebesar lima persen dari total donasi terkumpul kepada pihak yang menggalang dana di Kitabisa, kecuali untuk kategori bencana alam dan zakat adalah nol persen administrasi," kata dia.

Kini, Kitabisa telah menyalurkan lebih dari Rp 500 miliar lebih donasi bagi pihak yang membutuhkan. Ide cemerlangnya pun mengantarkannya mendapat penghargaan sebagai salah satu kategori wirausaha sosial di bawah usia 30 tingkat Asia versi Majalah Forbes.

Satu hal yang perlu diingat dari cerita Timmy, jangan patah arang.


https://money.kompas.com/read/2019/11/09/143800726/kisah-timmy-pendiri-kitabisa.com-terinspirasi-sang-ayah-hingga-raih

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke