Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Malam Tahun Baru, Harga Rokok Sudah Naik

Namun dari pantauan Kompas.com di toko ritel Alfamart dan warung kelontong, harga rokok ternyata sudah naik pada Selasa (31/12/2019) malam.

"Sekarang juga sudah mulai naik kok harganya," kata seorang pekerja di Alfamart cabang Rawa Belong Jakarta Barat.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, harga rokok Malboro Putih di Alfamart cabang Rawa Belong Jakarta Barat Rp 31.000 per bungkus, harga rokok Sampoerna Mild Besar Rp 24.200 per bungkus dan Rp 17.600 untuk Sampoerna Mild Kecil.

Harga rokok Dji Sam Soe Magnum isi 20 Rp 25.900 per bungkus, Djarum Super isi 16 Rp 23.900 per bungkus dan Gudang Garam Filter Rp 19.200 per bungkus.

Sementara itu, untuk warung kelontong atau pengecer yang biasa membeli rokok melalui grosir menyebut sudah ada kenaikan, namun hanya beberapa rokok saja.

Serorang pedagang warung bernama Sri menyebut pihak grosir sudah menaikkan harga, sehingga mau tak mau ia juga menaikkan harga jual kepada konsumen.

Sri menyebutkan, harga rokok Club Mild di grosir sebesar Rp 17.000 per bungkus maka ia harus menjual ke konsumen sebesar Rp 20.000 per bungkus.

Sementara rokok Sampoerna, ia mengatakan sudah mulai naik perlahan sejak Oktober 2019, dan per hari ini kenaikan untuk Sampoerna kecil Rp 1.000 rupiah menjadi Rp 18.000 dan Rp 1.500 untuk Sampoerna besar atau Rp 25.000 per bungkus.

"Malboro putih naiknya dalam sebulan ini Rp 3.000, naik pelan-pelan di Desember ini," jelasnya.

Untuk harga Malboro Putih dan Malboro Merah, Sri menjual Rp 29.000 per bungkus. Sedangkan Malboro Ice Rp 30.000 per bungkus atau mengalami kenaikan dibanding bulan lalu Rp 26.000 per bungkus.

Sementara rokok yang kenaikannya tipis adalah Gudang Garam Filter yang hanya naik Rp 100 sampai Rp 200 per bungkus.

Sri mengatakan, kenaikan harga rokok pada 1 Januari 2019 hari akan dilakukan namun ia juga menunggu kebijakan dari toko grosir.

"Udah mulai naik sekarang, tapi kalau besok tunggu dari harga grosirnya saja," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum APTI (asosiasi petani tembakau Indonesia), Suswono menyebut kenaikan harga rokok akan menyebabkan berkurangnya jumlah pembeli rokok, yang sekaligus akan mengurangi pendapatan petani tembakau.

"Ya bakal berkurang. Tapi belum tahu pengurangannya berapa persen. Kemarin awal-awal (ketok palu) pada Oktober 2019 mengenai kenaikan cukai rokok, harga tembakau sempat turun sampai 50 persen padahal musim panen, dan ini merugikan petani," ujar Suswono.

Namun demikian Suswono menyatakan jika ingin melihat dampaknya, nanti di saat panen pada bulan Agustus atau September 2020 dimana petani petani tembakau mulai menanam pada bulan Mei dan Juni 2020.

"Kalau sekarang belum musim tembakau. Nanti Agustus atau September 2020 mulai terlihat, sebagai dampak dari dampak penjualan rokok mulai Januari 2020. Kalau memang penjualan turun, maka ini akan mengurangi serapan tembakau petani," jelasnya.

Lebih lanjut Suswono menilai, perusahaan rokok pastinya sudah memiliki cara agar bagaimana rokok mereka bisa laku dipasaran. Hal ini pastinya akan menguntungkan petani tembakau.

"Walaupun pemerintah sudah menetapkan kenaikan harga cukai rokok, namun pabrik (rokok) memiliki kebijakan sendiri agar rokoknya laku. Mungkin semacam subsidi sehingga rokoknya masih bisa tetap terjangkau," tegasnya.

https://money.kompas.com/read/2019/12/31/200200326/malam-tahun-baru-harga-rokok-sudah-naik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke