Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Naturalisasi Ala Singapura, Selain Atasi Banjir, Sungai Jadi Jernih

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam perkara menata sungai untuk mengatasi banjir, Singapura bisa jadi contoh terbaiknya. Negara tetangga ini terbilang sukses dalam mengelola air, salah satunya lewat program naturalisasi.

Lewat program ABC Waters Programme, pada tahun 2006 pemerintah Singapura sukses menyulap Sungai Kallang di Bishan-Ang Mo Kio Park menjadi jauh lebih bersih, sekaligus sebagai sungai andalan pengendali banjir.

Dilansir Harian Kompas, 6 Mei 2019, proyek ini dikerjakan oleh Public Utilities Board. Pemerintah Singapura mengubah aliran Kali Kallang dari kanal beton, menjadi sungai yang meliuk alami dengan bantaran hijau.

Teknik dan perencanaannya begitu rumit, tak sekadar membersihkan dan menanami tepian sungai dengan tanaman produktif. Sekitar 10 tipe teknik bio-engineering diterapkan di sana. Percobaannya saja memakan 11 bulan, dengan menanami tanaman di bantaran sungai.

Meg (65), salah seorang warga Ang Mo Kio, Singapura, saat ditemui di tepi Sungai Kallang mengatakan, dirinya senang menyaksikan perubahan Sungai Kallang.

"Di pinggir sungai di sini tidak pernah ada pemukim sejak 1960-an. Orang bisa coba-coba bangun rumah di pinggir sungai, pasti pemerintah akan tegas melarang,” kata Meg.

Dia antusias bercerita soal keluarga berang-berang (otter) yang sering mampir ke sana.

”Itu tanda sungai sudah bersih dan sehat lingkungannya. Dulu masih berpolusi, jadi berang-berang juga tak ada di sini,” katanya.

Alur Sungai Kallang meliuk-liuk alami berkilo-kilometer. Kawasan itu meriah oleh kehidupan tanaman dan satwa liar. Tak heran, banyak orang berburu foto di situ.

Ikan-ikan air tawar berenang bebas di air yang jernih. Biawak pun tak terlihat terancam berbagi ruang dengan manusia.

Sepanjang hari, seluruh taman yang dikelilingi gedung bertingkat itu juga dihibur kicauan burung dan nyanyian serangga.

Kembalinya sungai yang sehat dan alami menarik kedatangan satwa liar yang menghidupkan rutinitas kota. Meg dan rekan-rekannya begitu antusias bercerita soal keluarga berang-berang dan monyet yang kembali ke sana.

”Dahulu memang Singapura habitat alami berang-berang, tetapi mereka tak ada lagi saat sungai kotor,” ujarnya.

Kedatangan satwa liar itu, kata Meg, menunjukkan lingkungan sungai yang semakin sehat dan bersih sehingga bisa menopang kehidupan alami.

Warga Singapura pun gembira dengan hadirnya satwa liar alami itu. Kehidupan mereka dibagikan salah satunya di halaman Facebook, Ottercity.

Menginspirasi Jakarta

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Juaini mengatakan waduk dan sungai di Jakarta akan diubah menjadi seperti di Singapura.

Menurut dia, hal ini akan terwujud dengan program naturalisasi waduk dan sungai.

"Seperti yang di Singapura lah kalau kita gambarkan," ujar dia pada Selasa (5/11/2019) lalu.

Dia menyampaikan konsep yang dimaksud adalah membuat wilayah sekitar waduk dan sungai menjadi tempat interaksi masyarakat.

"Ada kelengkapi untuk (fasilitas) interaksi masyarakat di sekitar waduk seperti jogging track, taman di kawasan waduk itu. Jadi ada tempat masyarakat berinteraksi," kata Juaini.

Namun, proyek besar tersebut harus tertunda lantaran defisit anggaran yang dialami Pemprov DKI Jakarta tahun ini. Salah satu yang tersendat adalah program dari naturalisasi sungai di Kali Ciliwung.

"Ada beberapa lokasi yang belum kita bebaskan, karena defisit anggaran. Rencana tahun ini mau bebaskan empat kelurahan, tapi karena anggarannya di-stop, defisit, jadi kita stop," jelas Juaini.

Keempat kelurahan tersebut adalah Pejaten Timur, Tanjung barat, Cililitan, dan Balekambang. Sedangkan untuk pembebasan tersebut, Dinas SDA DKI Jakarta mengusulkan anggaran sebesar Rp 80 miliar.

"Tahun depan kita masukan Rp 80 miliar karena ada sisa bidang yang belum kita bebaskan di tahun besok," kata dia.

https://money.kompas.com/read/2020/01/03/155700026/naturalisasi-ala-singapura-selain-atasi-banjir-sungai-jadi-jernih

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke