Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengintip Gurihnya Bisnis Camilan Rengginang di Tengah Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rengginang yang merupakan makanan tradisional terbuat dari nasi atau beras ketan, ternyata bisa menjadi camilan kekinian dengan beragam varian rasa. Hal itulah yang dilakukan oleh Fransiska Putri Setiawati.

Lewat merek Adakalanya, Fransiska mengelola usahanya dengan menawarkan produk camilan rengginang berukuran kecil-kecil disertai varian bumbu rasa original terasi, pedas, barbekyu, keju asin, dan cokelat. Menarik bukan?

Ia mengatakan, ide membuat inovasi rengginang menjadi produk yang lebih ramah di kalangan milenial sudah ada sejak tahun 2019, tapi sebatas riset saja. Barulah ketika pandemi masuk ke Indonesia mendorongnya merealisasikan ide tersebut.

Lantaran, pandemi membuat Fransiska yang juga seorang guru Bahasa Indonesia ini, harus menghabiskan banyak waktu kerjanya dari rumah. Hal itu sekaligus membuatnya punya waktu luang untuk membagi fokus ke usaha keluarga.

Usaha menjual rengginang memang bisnis keluarga Fransiska bersama sang Ibu, Kristiana Setiarni dan sang Ayah, Yulius Iriana yang sudah digeluti sejak 2002. Ketiganya kompak dalam mengolah bahan baku menjadi rengginang, mengemasnya, hingga memasarkannya.

"Mama punya bumbu rahasia dari nenek dalam membuat rengginang, dan akhirnya kami buat usaha menjual rengginang," ujar Fransiska kepada Kompas.com, dikutip Selasa (10/11/2020).

Kala itu mereka memulai usaha dengan bermodalkan dana sekitar Rp 100.000-Rp 200.000, memproduksi rengginang dengan ukuran diameter yang cukup besar lewat merek Anugerah Snack. Penjualannya pun berkisar 10-15 kilogram per bulan.

Pemasarannya sangat mengandalkan relasi yakni strategi kabar dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth). "Sembari juga dijual ke warung-warung sayur dan di pabrik tempat ayah kerja," imbuhnya.

Namun seiring berjalannya waktu penjualan rengginang kian menurun, menurut Fransiska, semakin banyak orang yang mulai bosan dengan kudapan tradisional tersebut. Oleh sebab itu, ia menyadari perlu inovasi untuk bisa terus memikat konsumen.

Wanita kelahiran Tangerang itu pun mulai melakukan riset untuk berinovasi, hingga akhirnya menghasilkan produk rengginang dengan ukuran diameter yang lebih kecil, serta memberikan beragam varian rasa. Patokan keberhasilan inovasinya adalah pendapat orang lain.

Sebelum akhirnya memasarkan produk rengginang terbarunya, Fransiska memang lebih dulu membagikan pada teman-temannya sebagai 'tester' untuk tahu apakah varian produk ini bisa diterima pasar atau tidak.

Seiring dengan perubahan bentuk rengginang, Fransiska juga melakukan rebranding dari nama Anugerah Snack ke Adakalanya, termasuk pula perubahan pada bentuk kemasan. Pergantian produk, merek, hingga kemasan tersebut terealisasi pada April 2020.

Fransiska bilang, setidaknya membutuhkan modal Rp 1 juta untuk keluarganya kembali menjual rengginang dengan jenis baru. "Modal itu mencakup bahan dasar ketan, bumbu, juga packaging," katanya.

Respons pasar yang baik, seiring perkembangan teknologi yang pesat di tengah pandemi, ternyata mendorong penjualan rengginang Adakalanya kian meningkat. Kini penjualannya pun mencapai 50-70 kilogram per bulan.

Tentunya itu dibarengi omzet yang turut melejit. Bila dulunya dengan jenis rengginang yang lama hanya meraup Rp 2 juta- Rp 2,5 juta per bulan, kini dengan inovasi rengginangnya berhasil meraup omzet rata-rata Rp 5 juta, bahkan sempat mencapai Rp 7,5 juta.

"Mungkin ini karena kekuatan media sosial juga, yang sekarang lagi kenceng banget. Sempat juga kemarin ada promo rasa baru, kasih tester ke temen dan kenalan, jadi berdampak pada ketertarikan orang untuk cobain lagi," jelas Fransiska.

Seiring dengan perkembangan zaman, Fransiska mengakui, pemasarannya memang mulai beralih ke digital lewat media sosial Instagram dan WhatsApp, serta marketplace Tokopedia, meski tetap dilakukan juga secara offline dengan mengandalkan relasi.

Perkembangan pemasaran secara online itu, membuat penjualan rengginang Adakalanya meluas ke berbagai daerah Indonesia, diantaranya Banjarmasin dan Bengkulu. Tapi sebagian besar permintaan datang dari sekitar Jabodetabek.

Tantangan Menjalankan Usaha

Meski usahanya terus menunjukkan pertumbuhan, namun bukan berarti tanpa hambatan. Fransiska mengaku seringkali kesulitan memproduksi karena hanya berbasis rumahan sehingga perlengkapan pun terbatas.

Dalam mengelola usaha, keluarganya berbagi tugas. Ibunya membuat adonan rengginang hingga menjadi siap dibumbui, lalu pemberian bumbu dan pengemasan dilanjutkan oleh Ayahnya. Fransiska sendiri bertugas untuk bagian pemasaran.

Tantangan lainnya adalah peralatan dan perlengkapan yang terbatas. Contohnya, dalam hal pengeringan rengginang sebelum akhirnya siap di goreng, itu hanya bergantung pada kualitas cahaya matahari yang ada.

"Usaha kami baru sekeluarga inti saja untuk produksi hingga pemasaran. Produknya pun masih tradisional, belum ada mesin," ujar dia.

Meski banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk Fransiska menyerah mengembangkan bisnisnya.

Dia mengungkapkan, ingin usaha keluarganya bisa berkembang lebih jauh. Ke depannya ia menargetkan bisa memperbaharui peralatan produksi dengan mesin yang memadai, sehingga bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Varian rasa pun turut dikembangkan, ke depan Adakalanya akan punya camilan rengginang dengan rasa pisang manis dan stroberi.

Selain itu, Fransiska ingin meningkatkan kelas usahanya melalui legalisasi perizinan, seperti mendapat Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Izin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT). Dengan demikian, pemasaran pun bisa semakin luas.

"Karena rencana kami mau masuk ke semua marketplace, atau masuk ke minimarket yang khusus menjual oleh-oleh," ungkapnya.

Fransiska mengatakan, dalam merintis sebuah usaha hal terpenting adalah mengenali produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Tentu akan lebih baik jika ahli di bidang produk tersebut, seperti Ibunya yang memang cakap dalam membuat rengginang.

Kemudian, lakukan riset dan inovasi produk tersebut dengan memperhatikan permintaan pasar. Hal ini juga yang dilakukan Fransiska dengan memberikan tester inovasi rengginangnya ke banyak pihak untuk mendapatkan penilaian.

Hal lainnya yang turut penting adalah produk tersebut harus memiliki ciri khas, sehingga tak sekedar ikut-ikutan tren. Tujuannya, agar konsumen merasakan perbedaan dan berkelanjutan membeli produk tersebut.

"Sebelum memulai usaha banyak lakukan riset, jangan sampai kita ikut-ikutan tren tapi produk kita enggak punya ciri khas," saran Fransiska.

https://money.kompas.com/read/2020/11/10/120600526/mengintip-gurihnya-bisnis-camilan-rengginang-di-tengah-pandemi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke