Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Bisnis Parfum Ulat Bulu, dari Modal Rp 1 Juta, Kini Raup Omzet Rp 6 Juta Per Bulan

Namun, hal itu tidak menjadi pikiran bagi Rika (22). Di usianya yang masih sangat muda, wanita asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara itu telah memberanikan diri untuk membuka usaha produksi dan penjualan parfum.

Rika menceritakan, bisnisnya itu baru dimulai pada Juni 2021. Ia pun baru memberikan merek pada produk parfumnya pada Oktober di tahun yang sama, dengan nama Ulat Bulu.

Wanita kelahiran tahun 1999 itu mengaku tertarik menggeluti bisnis parfum sebab kebutuhan akan produk ini menjadi sangat tinggi di kalangan masyarakat.

"Parfum ini banyak digunakan orang. Dan barangnya cepat habis. Kalangan dewasa perlu parfum," ujar Rika kepada Kompas.com, di kawasan Pondok Pesantren Mawaridussalam, Sumatera Utara, Rabu (30/3/2022).

Dalam memulai bisnisnya, Rika mengaku mendapatkan modal dari Bank Wakaf Mikro (BWM) Pondok Pesantren Mawaridussalam. Untuk mengawali bisnis parfum itu, Rika meninjam Rp 1 juta dari BWM tersebut.

Setelah mendapatkan pembiayaan tersebut, ia memberanikan diri untuk mulai merintis usahanya. Padahal, ia tidak memiliki pengalaman memproduksi parfum sendiri.

"Waktu itu sempat lihat langsung saja proses pembuatannya. Lalu mulai coba-coba," kata dia.

Adapun saat ini, Ulat Bulu telah memiliki beragam jenis bau parfum yang dikemas ke dalam botol ukuran 20 mili liter (ml) dan 30 ml, di mana masing-masing dijual dengan harga Rp 40.000 dan Rp 60.000.

Untuk pemasaran parfumnya, Rika mengaku mengandalkan reseller. Ini dilakukan untuk memperluas jangkauan penjualan produk ke berbagai daerah.

Pada saat bersamaan, parfum-parfum itu juga dipasarkan melalui platform media sosial Facebook.

"Alhamdulillah dengan pemasaran seperti itu, saat ini sudah bisa menjual rata-rata sekitar 150 botol (parfum) per bulan," kata dia.

Jika dihitung, artinya omzet minimal bisnis parfum Ulat Bulu Rika mencapai Rp 6 juta per bulan.

Ke depannya Rika akan terus melakukan pengembangan dan peningkatan produksi parfumnya. Oleh karenanya, untuk merealisasikan rencana tersebut, Rika berharap nilai pembiayaan BWM dapat ditingkatkan.

Asal tahu saja, BWM hanya dapat menyalurkan pinjaman sebesar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Ini dinilai menjadi kendala bagi sejumlah pelaku usaha yang telah berhasil untuk meningkatkan pembiayaannya.

"Harapannya ke depan plafon BWM ditingkatkan ya," ucap dia.

BWM Ponpes Mawaridussalam telah menyalurkan pembiayaan ke ratusan orang

Selain Rika, BWM Pondok Pesantran Mawaridussalam telah menyalurakn pembiayaan kepada total 426 nasabah, dengan nilai mencapai sekitar Rp 689 juta sejak diluncurkan pada Oktober 2018.

Kepala Bagian Keuangan atau Bendahara BWM Pondok Pesantren Mawaridussalam mengatakan, pembiayaan BWM menjadi menarik bagi masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebab, pembiayaan ini tidak memerlukan agunan, dan imbal hasil yang hanya mencapai 3 persen per tahun.

"Alhamdulilah bisa membantu sedikit banyak keuangan masyarakat,” ujar dia.

Meski tidak mensyaratkan agunan, Radiansyah melaporkan, tingkat kredit macet BWM ini terjaga tetap 0 persen. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh pendampingan dan bimbingan yang diberikan pihak BWM kepada calon debitor. 

Bukan hanya sekadar bimbingan usaha, pendampingan juga diberikan dalam bentuk juga ilmu agama dan aneka pelatihan keterampilan. Dalam proses pendampingan, BWM juga melihat kedisiplinan calon debitur, sehingga mereka bisa menyeleksi pemberian pembiayaan.

"Kami sejak awal sudah selektif. Juga kami ajarkan kalau berhutang tanpa melunasi itu sesuatu yang buruk," ucap Radiansyah.

Pemberian pembiayaan BWM dinilai telah membantu sejumlah nasabah untuk mengembangkan bisnisnya. Ini tercermin dari adanya beberapa nasabah yang tidak lagi mengakses pembiayaan dari BWM, tapi ke bank syariah sebab kebutuhan pembiayaannya lebih besar.

"Ada yang naik kelas (dari BWM ke bank syariah). Kita ajukan ke BSI. Kita arahkan ke sana," katanya.

Melihat tingginya permintaan dan rendahnya tingkat kredit macet, Radiansyah berharap, OJK dapat mempertimbangkan untuk menaikan batas atas penyaluran BWM.

"Saya minta dari OJK supaya BWM bisa dinaikan lebih dari 3 juta," ucap dia.

https://money.kompas.com/read/2022/03/30/062253226/cerita-bisnis-parfum-ulat-bulu-dari-modal-rp-1-juta-kini-raup-omzet-rp-6-juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke