Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Faktor-faktor Ini Jadi Pendorong Perbankan Berubah Jadi Bank Digital

Senior Executive Analyst of Digital Finance Innovation Group Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Moh Eka G Sukmana mengatakan, di era saat ini adopsi teknologi menjadi suatu keharusan.

Apalagi, Indonesia tercatat merupakakan salah satu negara dengan adaptasi digital yang sangat masif.

“Ada sekitar 125,6 persen dari populasi yang mengunakan ponsel. Mungkin, satu orang bisa punya lebih dari satu ponsel. Kita juga memiliki bonus demografi dimana gen y dan gen x sudah memiliki populasi yang cukup besar dari total penduduk 270 juta,” ungkap Eka secara virtual, Kamis (14/7/2022).

Penetrasi internet dan perangkat mobile

Eka mengatakan, dari sisi penetrasi internet, jumlahnya juga semakin meningkat. Kenaikan pengguna internet saat ini 73,7 persen atau naik 15 persen dibandingkan tahun lalu. Kenaikan ini selaras dengan pertumbuhan inovasi di sektor keuangan.

“Kita sudah tidak bisa hidup tanpa adanya internet, data kami mencatat pengembangan inovasi sektor keuangan digital juga semakin hari semakin meningkat, dan saat ini ada 88 penyelenggara IKD atau Inovasi Keuangan Digital,” jelas dia.

Hal tersebut juga diimbangi dengan penggunaan perangkat mobile, baik ponsel, laptop, dan tablet.

Pertumbuhan mobile apps

Di sisi lain, pengembangan mobile apps juga terus dilakukan, yang mendorong jumlah transaksi perbankan semakin meningkat dan mendorong transformasi di sektor jasa keuangan.

“Kalau kita lihat, data pertumbuhan ekonomi digital kita semakin meningkat, peningkatan didukung dari sisi e-commerce, transportasi, food, online travel, dan online media,” jelas dia.


Artificial Intelligence (AI) dan robotik

Hal – hal tersebut mendorong revolusi perbankan menjadi banking 5.0 yang tentunya lebih akrab dengan sistem otomatisasi. Seperti, kombinasi artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan sistem robotik, yang mendorong produktivitas.

“Di banking 5.0 konsumen melihat layanan itu bisa dinikmati secara fisik dan digital. Yang penting, layanan tersebut memberikan akses mudah, lengkap, dengan biaya yang minimal. Sehingga bisa menjawab kebutuhan konsumen di era digital ini,” lanjutnya.

Eka menjelaskan, transformasi sistem keuangan digital memiliki output one stop services kepada konsumen. Untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut, harus didukung oleh inovasi dan teknologi, serta mampu mengutilisasi artificial intelligence.

“Bisa mengkombinasikan peran teknologi, SDM, dan model bisnisnya bisa mendorong kelangsungan bisnis pada bank digital. OJK sebagai regulator merespons perkembangan digitalisasi perbankan, dan kami membuta master plan mencakup, pengembangan ekosistem keuangan, dan akselerasi digiral di sektor jasa keuangan Indonesia,” tegas dia.

Dalam kesempatan sama, Managing Director APAC Thought Machine, Nick Wilde mengatakan, setiap bank perlu memodernisasi teknologinya agar terus eksis dalam persaingan layanan keuangan. Melalui digitalisasi, selain kebutuhan nasabah terpenuhi, biaya operasional bagi setiap bank bisa semakin ditekan dan efisien.

Bahkan, dirinya tidak memungkiri bahwa modernisasi perbankan memerlukan investasi yang tidak sedikit. Maka dari itu, setiap bank memerlukan komitmen untuk terus melakukan modernisasi digital pada semua proses bisnisnya.

Hal ini perlu dilakukan agar bisnis perbankan bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Adapun Chief Sales and Marketing Officer Soluix Finteknologi Indonesia Eryco Putra mengungkapkan terdapat peluang bagi perbankan untuk membuka diri dan menawarkan berbagai inovasi layanan keuangan, atau banking as a service.

Banking as a Service adalah istilah bagi bank digital dan pihak ketiga lainnya untuk bisa terhubung dengan sistem perbankan secara langsung melalui Application Programming Interface (API).

Dengan demikian, bank maupun pihak ketiga bisa membangun penawaran layanan di atas infrastruktur yang telah diatur oleh penyedia layanan.

“Opportunity ke depan akan semakin banyak. Misalnya saja Social Commerce (Social Media E-commerce) yang membawa peluang tidak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada bank. Bagaimana bank bisa menawarkan solusi (layanan keuangan) yang mudah kepada influencer, pembuat konten, dan SME,” ucap Eryco.

Sementara itu, Expert Associate Partner McKinsey and Company, Aditya Saxena mengatakan, terdapat tiga komponen utama untuk bank digital dalam mengembangkan operasi front end digital pada perbankan.

Pertama, bank masih harus mempertahankan cabang-cabangnya di samping mengurangi jejak fisik bagi nasabah. Kedua, komponen modular dalam perbankan harus dapat dikonfigurasi.

Ini memungkinkan fleksibilitas dalam kecepatan operasi digital front end beroperasi pada kecepatan yang diperlukan. Kemudian, komponen waktu model operasi yang cepat dan gesit dalam perkembangan digital.

https://money.kompas.com/read/2022/07/14/200000526/faktor-faktor-ini-jadi-pendorong-perbankan-berubah-jadi-bank-digital

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke