Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.572 per dollar AS, melemah 0,47 persen. Ini kali pertama sejak April 2020 mata uang Garuda menembus level Rp 15.500 per dollar AS.
Jika mengacu kurs tengah BI atau Jisdor, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi. Bahkan, pada sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah Jisdor berada pada level Rp 15.579 per dollar AS, lebih rendah dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 15.491 per dollar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah selaras dengan terus meningkatnya imbal hasil atau yield obligasi AS tenor 10 tahun, yang saat ini telah menyentuh level tertinggi dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, pada kisaran 4,1 persen.
Terus meningkatnya imbal hasil obligasi AS yang merupakan instrumen safe haven menunjukan kekhawatiran pasar terhadap kondisi perekonomian global saat ini.
"Wajar uang rupiah mengalami pelemahan," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kepada awak media, Kamis.
Keputusan BI untuk meningkatkan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 basis points atau 0,5 persen nampak masih belum direspons positif oleh pasar. Padahal, salah satu tujuan bank sentral kembali mengkerek suku bunga acuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Kita melihat bahwa rupiah masih bercokol, masih mengalami pengurangan pelemahan," kata Ibrahim.
Dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur (RDG), Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari menguatnya dollar AS. Ketidakpastian ekonomi global membuat pasar beralih menuju aset safe haven.
"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," ucap Perry.
https://money.kompas.com/read/2022/10/20/172042926/kini-nilai-tukar-rupiah-kian-dekati-rp-15600-per-dollar-as