Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Usai Sumsel, OJK Ngeri Daerah Lain Jadi Pusat "Hacker" Penipuan

Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK Agus Fajri Zam mengatakan, hal ini dilihat dari para pembuat program yang merugikan di daerah lain tersebut sudah mulai bermunculan dan berkembang.

"Dan sekarang juga sudah berkembang lagi daerah baru, yang menjadi pusat hacker. Saya juga ngeri kok bisa-bisanya. Itu sudah mulai berkembang," ujar Agus saat media briefing di Plataran Menteng, Jakarta, Senin (26/12/2022).

Dia bilang, beberapa tahun lalu pusat kegiatan penipuan seperti phising, social engineering, hingga skimming berpusat di Tulung Selapan, Sumatera Selatan.

"Dari dulu yang namanya kaya card trapping, kemudian yang social engineering itu terindikasi pelaku ada di daerah Sumatera Selatan, namanya daerah Tulung Selapan," ucapnya setelah acara.

OJK dan pihak berwajib pun telah berupaya untuk menangkap para pelaku penipuan di Sumatera Selatan itu. Namun karena bantuan teknologi canggih, penipu tetap bisa menjaring korbannya.

"Tapi ya itu tadi karena dia menggunakan teknologi. Kalau orang dulu satu per satu kan, nah sekarang 'teng' itu kan ribuan terkirim datanya langsung ya itu kadang-kadang ada saja yang kena," jelasnya.

Waspada saat terima pesan teks, telepon, email dan WA

Lantaran berbagai modus penipuan masih terus mengintai masyarakat, untuk itu dia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada ketika menerima pesan teks, telepon, email, maupun pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal.

Pasalnya, begitu korban merespons panggilan dari pelaku maka akan memudahkan pelaku melancarkan aksi penipuan yang kerap tidak disadari oleh korban.

Begitu sadar, korban hanya bisa termangu karena tahu-tahu tabungan yang ada di rekeningnya habis diambil pelaku.

"Itu perlu diinformasikan ke konsumen untuk tidak gegabah menerima WA, telepon, maupun email yang masuk dan langsung bereaksi menuruti mau si pengirim," tuturnya.


Komplotan pembobol rekening bank

Diberitakan sebelumnya, Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri meringkus 10 pembobol rekening bank yang bekerja sejak 2017 hingga 2020.

Diketahui, jumlah rekening yang dibobol para tersangka berjumlah tidak tanggung-tanggung, yakni 3.070 rekening dengan modus menipu korban demi mendapatkan kode one time password (OTP).

Total kerugian yang diderita para nasabah mencapai Rp 21 miliar.

Para tersangka berinisial AY, YL, GS, K, J, RP, KS, CP, PA, dan A diringkus di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Namun, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono tidak merinci kapan 10 orang tersebut ditangkap. Argo membeberkan, kasus tersebut bermula dari laporan para korban ke Bareskrim pada Juni 2020.

"Dari masyarakat maupun perbankan dan transportasi online mengalami kerugian yang dilaporkan sekitar Rp 21 miliar," kata Argo di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (5/10/2020).

Setelah menerima laporan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri membentuk tim untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikan itu membawa polisi ke 10 pelaku yang melakukan pekerjaan kotornya dari Sumsel.

Menurut keterangan polisi, para pelaku membobol atau mengambil alih rekening korban menggunakan kode OTP. Para tersangka menipu korban untuk mendapatkan kode rahasia tersebut.

"Dia (para tersangka) menelepon ke nasabah bank, minta password-nya dengan alasan sedang perbaikan data identitas, perbaikan sistem, dan sebagainya," ucap Argo.

Menurut dia, seseorang dapat tidak menyadari dirinya sedang ditipu sehingga memberikan kode OTP kepada pelaku. Padahal, setelah menguasai akun korban, para tersangka mentransfer uang korban ke rekening penampungan.

https://money.kompas.com/read/2022/12/26/163000626/usai-sumsel-ojk-ngeri-daerah-lain-jadi-pusat-hacker-penipuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke