Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Dampak Keputusan Penahanan Suku Bunga BI terhadap Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral tidak perlu lagi mengerek suku bunga acuan.

Pasalnya, bank sentral menilai tingkat suku bunga acuan saat ini sudah memadai untuk memerangi inflasi.

Lantas, bagaimana dampak penahanan suku bunga acuan terhadap pegerakan nilai tukar rupiah?

Pada perdagangan Kamis (16/2/2023), setelah BI mengumumkan hasil RDG Februari 2023, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat.

Tercatat pada hari itu rupiah ditutup menguat 0,31 persen dari hari sebelumnya ke posisi Rp 15.159 per dollar AS.

Namun, pada perdagangan Jumat (17/2/2023) nilai tukar rupiah kembali begerak cenderung melemah. Pada akhirnya, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,34 persen ke Rp 15.210 per dollar AS.

The Fed masih berpotensi kerek suku bunga acuan

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi kemarin utamanya disebabkan oleh sentimen eksternal, yakni sikap bank sentral AS, The Federal Reserve, yang masih hawkish.

Sebagaimana diketahui, The Fed masih berpotensi mengerek kembali tingkat suku bunga acuannya.

Sikap hawkish The Fed tidak terlepas dari grafik inflasi yang belum jelas menunjukan penurunan dan masih jauh dari target 2 persen.

Selain itu, data tenaga kerja AS menunjukkan situasi ketenagakerjaan di AS yang bagus, sehingga bisa menaikkan konsumsi dan memicu inflasi.

"Faktor eksternal dari the Fed ini sangat mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dollar AS karena memengaruhi risk appetite dari para investor," kata Ariston kepada Kompas.com, Jumat (17/2/2023).


Dampak BI tahan suku bunga acuan

Terkait dengan keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan, Ariston menilai, kebijakan itu sudah memadai. Pasalnya, The Fed dalam berbagai kesempatan telah menyampaikan sinyal kenaikan suku bunga acuan yang tidak agresif.

"Ini menjadi keuntungan dan memberi ruang untuk BI. BI pastinya akan menyesuaikan kebijakannya bila The Fed secara agresif menaikkan suku Bunga acuannya lagi," tuturnya.

Lebih lanjut, ia bilang, BI juga tidak bisa terlalu agresif menaikan suku bunga nya karena bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca lepas dari PPKM dengan suku bunga tinggi. Oleh karenanya, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan dinilai sudah tepat.

"Jadi untuk sementara ini sudah memadai dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, meskipun the Fed masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuannya lagi," katanya.

Sementara itu, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, nilai tukar rupiah di tahun ini cenderung stabil. Ini mempertimbangkan potensi peningkatan supply valuta asing atau valas di dalam negeri.

"Ke depannya, sejalan dengan terkendalinya inflasi dan pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen untuk beberapa waktu ke depan," ujarnya.

https://money.kompas.com/read/2023/02/18/113000926/melihat-dampak-keputusan-penahanan-suku-bunga-bi-terhadap-rupiah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke