Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kompas.com - 07/05/2024, 12:11 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia kembali menorehkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pada kuartal I-2024. Namun demikian, hal ini berpotensi tidak kembali terulang pada kuartal II tahun ini.

Pemerintah dan ekonom sepakat, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen pada periode 3 bulan pertama tahun ini utamanya didorong oleh momen pemilihan umum (Pemilu) dan Ramadhan. Kedua sentimen itu mendongkrak sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah.

Dengan terdapatnya momen Ramadhan pada Maret, konsumsi rumah tangga yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi meningkat 4,91 persen secara tahunan. Angka pertumbuhan itu lebih tinggi dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun lalu sebesar 4,53 persen.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Sementara itu, gelaran Pemilu 2024, percepatan penyaluran bansos, hingga pembayaran tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara (ASN) mendongkrak belanja barang pemerintah, sehingga konsumsi pemerintah melesat 19,90 persen secara tahunan. Angka itu merupakan angka pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi sejak 2006.

"Kami melihat, peningkatan pertumbuhan di kuartal I-2024 utamanya dipicu oleh faktor yang terjadi satu kali saja seperti Pemilu satu putaran, Ramadhan yang terjadi pada Maret sementara tahun lalu terjadi pada April, dan percepatan penyaluran bantuan sosial," ujar Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Irman Faiz, dalam risetnya, dikutip Selasa (7/5/2024).

Dengan tidak adanya lagi sentimen-sentimen tersebut pada periode mendatang, laju pertumbuhan ekonomi diproyeksi melambat. Apalagi, perekonomian nasional masih dihadapi oleh fenomena suku bunga tinggi, yang bakal berimplikasi terhadap pelemahan permintaan domestik dan global.

Pelemahan permintaan global sebenarnya sudah terlihat dari sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari kinerja dagang internasional atau net ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, net ekspor memberikan kontribusi -0,23 persen terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional kuartal pertama tahun ini.

"Oleh karena itu, kami memproyeksi produk domestik bruto (PDB) tumbuh melambat ke 4,9 persen pada kuartal II-2024, sehingga menghasilkan pertumbuhan 5 persen untuk keseluruhan tahun 2024," tutur Irman.

Sementara Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede bilang, perekonomian Indonesia pada sisa paruh pertama tahun ini memang masih akan menghadapi sejumlah tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Dari dalam negeri, inflasi pangan yang tinggi imbas dari fenomena El Nino berpotensi menekan konsumsi rumah tangga. Kemudian, terdapat juga ketidakpastian hasil Pemilu dan momen transisi pemerintahan, yang membuat investor masih mempertahankan sikap "wait and see".

"Meskipun demikian, terdapat peluang pertumbuhan, termasuk peningkatan belanja pemerintah terkait pemilu dan percepatan Proyek Strategis Nasional termasuk Ibu Kota Baru," ucap Josua.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan Daya Tahannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com