Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pada Ramadhan dan Lebaran 2023, Ekonomi Indonesia Berharap...

EKONOMI dunia tidak sedang baik-baik saja. Semua proyeksi memperkirakan pelemahan ekonomi kembali membayangi dunia pada tahun ini. Indonesia sebagai bagian dari perekonomian global juga tidak terlepas dari risiko yang sama. 

Setelah Indonesia dipastikan gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, rasanya ekonomi nasional tinggal punya Ramadhan dan Lebaran untuk bersandar. Setidaknya, dua momentum musiman ini bisa diharapkan menggerakkan roda perekonomian di segala lini.

Tiga tahun pandemi Covid-19 menyisakan banyak pekerjaan rumah untuk pemulihan ekonomi. Ketidakpastian global masih berlanjut. Invasi Rusia ke Ukraina menambah ketidakpastian.  

Meski pasokan energi untuk kawasan Eropa adalah yang paling terdampak oleh invasi Rusia, harga minyak dunia ikut merangkak naik. Sebagai net importer minyak, Indonesia sudah pasti  terdampak.  

Lalu, di sektor keuangan, kebijakan pengetatan moneter di banyak negara di dunia, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, mendongkrak suku bunga acuan dan nilai tukar mata uang negara-negara utama.

Lagi-lagi, Indonesia terdampak. Ancaman arus uang keluar (capital outflow) dari pasar keuangan dan pelemahan nilai tukar rupiah, ada di antaranya. Belum lagi inflasi dari kenaikan harga-harga komoditas karenanya.

Serasa belum cukup, kebangkrutan bank-bank sistemik di Amerika Serikat disusul krisis perbankan di Swiss yang berlanjut juga ke Jerman dan Eropa, menambah kusut sektor keuangan global.

Terlebih lagi, krisis perbankan di Eropa mengguncang bank-bank raksasa seperti Credit Suisse dan Deutch Bank. 

"Pelaku pasar keuangan nervous," istilah ekonom senior Dradjad Hari Wibowo, ketika beberapa waktu lalu berbincang dengan Kompas.com membahas kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dan krisis Credit Suisse. 

Kebangkrutan SVB, misalnya, berdampak pada iklim dunia startup yang selama ini mengandalkan pendanaan ventura. Ini adalah bank yang sepenuhnya fokus bergerak pada pembiayaan startup.

Adapun krisis Credit Suisse menggores pasar pemilik dan atau pengelola dana raksasa, seperti orang-orang kaya tujuh turunan dan atau pengelola dana pensiun. Sejumlah besar uang yang nominalnya belum pernah kita lihat dalam satu kali hidup, ditanamkan di bank ini.

Sudah begitu, masih pula ekonomi dunia mendapat pukulan baru pada sepekan ini. Negara-negara penghasil dan pengekspor minyak dunia (OPEC) sepakat serempak melakukan pemangkasan produksi. Sontak, harga minyak dunia melambung lagi. 

Bagi Indonesia, harga minyak dunia yang melejit berarti nominal untuk impor bertambah, di tengah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga cenderung melemah. Sudah jatuh, tertimpa tangga. 

Di dalam negeri, kenaikan harga bahan dasar energi berarti pula beban subsidi energi melangit. Yang paling kentara, tentu saja, dari bahan bakar minyak (BBM). Bila memakai harga pasar dengan tren harga naik, ini biasanya diikuti kenaikan segala harga yang lain.

Jangan lupa pula bahwa pembangkit listrik pun mayoritas masih mengandalkan bahan bakar fosil untuk produksi. Belum lagi, ada indikasi salah sasaran subsidi LPG 3 kilogram.

Sudah begitu, harapan mengais sejumput pundi-pundi dari hajatan Piala Dunia U-20 2023 pun sirna. Tak akan ada kerumunan berjubel menyaksikan pertandingan dan membelanjakan uang selama hajatan untuk rupa-rupa konsumsi, akomodasi, dan cendera mata. 

Maka, tinggal kepada Ramadhan dan Lebaran-lah harapan—untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi tak jatuh terpuruk—disandarkan.

Ekonomi Ramadhan dan Lebaran

Dari tahun ke tahun, Ramadhan dan Lebaran selalu jadi andalan musiman untuk mendongkrak perekonomian. Perkecualian hanya pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid-19.

Tampak sebagai tradisi, takjil adalah contoh kasat mata perputaran ekonomi riil di keseharian setiap menjelang buka puasa selama Ramadhan.

Lalu, ada tunjangan hari raya (THR). Untuk aparatur negara dan pensiunan saja, THR 2023 akan menambah guyuran dana beredar Rp 38,9 triliun. Ini belum lagi THR untuk buruh dan pekerja swasta.

Satu lagi, mudik. Sudah, ini panjang nian ceritanya dari sisi ekonomi.

Transportasi, oleh-oleh, penginapan, akomodasi, dan segala pernak-pernik kebutuhan Lebaran sudah pasti mengedarkan uang. Bahkan saat ini, perbaikan infrastruktur menyambut mudik pun sudah masuk kategori penggerak ekonomi.

Sebelumnya, mudik Lebaran 2022 sudah mencatatkan rekor dalam 10 tahun terakhir. Setelah pada 2020 dan 2021 praktis mudik tak optimal karena ada PPKM, pada 2022 tercatat 85 juta orang mudik, dengan 14 juta di antaranya bergerak keluar dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Sebagaimana dikutip Kompas.id, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan total peredaran uang selama Lebaran 2023 mencapai Rp 243 triliun. Ini naik dari Rp 221 triliun pada 2022. 

Josua pun memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 tumbuh sampai 5 persen dengan momentum Ramadhan dan Lebaran 2023 di dalamnya. Namun, Josua mengingatkan risiko inflasi juga ada, mengingat permintaan yang melejit pada periode ini.

Senada, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menyebut ada peningkatan daya beli masyarakat pada waktu bersamaan selama Ramadhan dan Lebaran 2023. Ini berpotensi memperlancar perputaran ekonomi, yang menurut dia bisa membawa ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 4,6-5 persen pada kuartal II/2023. 

Apa pun risiko ketidakpastian global yang masih di depan mata, semoga Ramadhan dan Lebaran tak hanya menjadi momentum ibadah buat umat Islam.

Dengan segala kekhasannya, bulan puasa dan lebaran bisa jadi adalah penyangga natural ekonomi pada hari-hari ini untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2023.

Tabik.

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI 

https://money.kompas.com/read/2023/04/06/124959726/pada-ramadhan-dan-lebaran-2023-ekonomi-indonesia-berharap

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke