Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bekerja dari Rumah atau Kantor, Mana yang Lebih Mendukung Karier?

Namun, melanjutkan model kerja pasca Covid-19, saat ini banyak karyawan yang dapat melakukan pekerjaannya dari jarak jauh, dan ini menjadi sebuah keinginan dari banyak pekerja.

“Ada hal-hal yang hilang pada periode Covid-19,” kata Cali Williams Yost, pendiri dan CEO Flex+Strategy Group, mengutip CNN, Senin (5/6/2023).

Sebuah studi baru-baru ini oleh para ekonom di Federal Reserve Bank of New York, University of Iowa, dan Harvard University menemukan, meskipun bekerja jarak jauh dalam jangka pendek bisa meningkatkan hasil maksimal, namun hal ini dapat merugikan pekerja untuk pengembangan diri.

“Bekerja jarak jauh mengurangi kolaborasi dan pelatihan lebih banyak untuk pekerja junior,” tulis penelitian tersebut

“Pekerja seperti wanita muda, yang mungkin merasa kurang dilibatkan di perusahaan sejak awal, melihat penurunan yang sangat besar dalam kemampuan mereka untuk berkolaborasi dengan pekerja lain, dan sebagai tanggapan, mereka lebih sering berhenti,” lanjut para peneliti.

Para peneliti juga menemukan, pilihan satu pekerja untuk bekerja dari jarak jauh dapat mengurangi kolaborasi antara rekan kerja lainnya. Sementara itu, jika pekerja yang lebih senior memilih untuk bekerja dari jarak jauh dapat menurunkan keterampilan pekerja junior.

Namun, temuan semacam itu mungkin bukan merupakan hal yang salah terhadap sistem pekerjaan jarak jauh, melainkan ajakan bagi pemberi kerja untuk secara serius mempertimbangkan kembali cara melatih karyawan dengan lebih baik dan memupuk kolaborasi di dunia kerja yang lebih fleksibel.

Kate Lister, Presiden Global Workplace Analytics mengatakan, pemberi kerja perlu lebih berhati-hati dalam melatih dan membimbing karyawan baru mereka. Dengan memberikan pekerjaan secara offline, maka secara otomatis dapat memberikan manfaat pada karyawan baru mereka.

Berdasarkan analisis dari The Work Institute kepada lebih dari 200.000 karyawan AS, menemukan bahwa 38 persen karyawan yang meninggalkan perusahaan di tahun pertama dan 17,5 persen lainnya melakukannya di tahun kedua.

Berdasarkan usia, kira-kira seperempat karyawan berusia antara 20 dan 29 menyebutkan pengembangan karir merupakan alasan terbesar ketika mereka memilih untuk keluar dari pekerjaan, di sisi lain mereka bermasalah dalam menyeimbangkan kehidupan dan pekerjaan.

"Jika pemberi kerja ingin pekerjanya tidak mengajukan resign, mereka harus sengaja melakukan pendampingan baik di dalam maupun di luar kantor," ungkap Lister.

Survei Fortune terbaru menemukan bahwa 34 persen dari CEO saat ini menginginkan para pekerjanya berada di kantor selama empat hari atau lebih dalam seminggu, sementara itu 40 persen lainnya menginginkan pekerjanya berada di kantor 3 hari seminggu.

“Terpaku pada ‘berapa hari seharusnya karyawan berada di kantor?’ adalah pendekatan yang salah. Satu ukuran tidak akan cocok untuk semua,” kata Yost.

Dia mengatakan, data hunian kantor di 10 kota besar di AS mengalami penurunan drastis dan, tepatnya bulan Februari karena tingkat karyawan yang bekerja dari rumah meningkat.

Sementara itu, survei online informal terhadap lebih dari 400 karyawan oleh perusahaan konsultan organisasi Korn Ferry menemukan mayoritas responden mengatakan bahwa bos mereka meminta pekerjanya kembali ke kantor, dimana 20 persen menginginkan 4-5 hari kerja dalam seminggu.

“Akan lebih baik, jika para pemimpin membiarkan masing-masing unit operasi dalam suatu organisasi memutuskan sendiri seberapa sering mereka perlu bertemu langsung,” ujar Yost.

https://money.kompas.com/read/2023/06/05/111200226/bekerja-dari-rumah-atau-kantor-mana-yang-lebih-mendukung-karier-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke