Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengusaha Beras Sebut Banyak Pemilik Penggilingan Padi Tutup karena Merugi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta, Nellys Soekidi mengungkapkan, banyak penggilingan padi gulung tikar alias tutup lantaran harga beras terlalu tinggi sehingga tidak bisa bersaing dan merugi.

Dia menjelaskan saat ini harga beras medium rata-rata sebelumnya dibanderol Rp 10.500-10.600 per kilogram, naik sebesar Rp 700-800 menjadi Rp 11.300 per kilogram. Pun dengan beras kualitas premium yang naik menjadi di atas Rp 12.000-an per kilogram.

Sementara harga rendemen padi turun yang biasanya 1 kuintal berat gabah atau W2 dibanderol Rp 5.800 sekarang menjadi Rp 5.500.

“Rendemen itu konversi dari gabah menjadi beras biasanya 1 kuintal W2 mendapatkan Rp 5.800 sekarang Rp 5.500. Sudah harga tinggi, rendemennya turun. Gabah Rp 6.500 sudah enggak untung maka pabrik penggilangan banyak yang tutup pabrik kecil,” ujar Nellys saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/8/2023).

Nellys menuturkan pengusaha penggilangan padi yang gulung tikar tersebut paling banyak berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah dan sudah berlangsung selama 3 minggu yang lalu.

“Pedagang teriak meskipun harga naik karena tidak menguntungkan pengusaha karena dari hulu sudah naik, harga gabah tinggi,” sambung Nellys.

Sementara terkait stok, dia menuturkan sudah mulai berkurang. Meskipun dirinya belum bisa menyebutkan kepastian angka stoknya, pengusaha meminta agar pemerintah bisa segera mengambil langkah untuk mengisi stok cadangan pangan pemerintah.

Belum lagi, kata dia, ada kekeringan El Nino yang diprediksi terjadi pada Agustus ini, bisa membuat panen beras gagal.

“pengusaha mengharapkan kondisi normal. Kalau stok kurang pemerintah wajib mengkondisikan, jangan diklaim beras cukup karena pelaku usaha yang ribet,” pungkasnya. 

Adapun diberitakan sebelumnya, Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Serelia Kementerian Pertanian Gandi Purnama mengungkapkan, ada sebanyak 20.255 hektare lahan padi yang mengalami kekeringan akibat dampak kekeringan El Nino.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak El Nino akan terjadi pada Agustus sampai Oktober 2023 mendatang.

"Dampaknya yaitu puso (gagal panen). Jadi dari yang terkena tadi yang terkena atau dampak gagal panen adalah pada musim kemarau 2023 banjir 14.000 hektar, itu terancam puso tenggelam 1.800 hektar. Sementara kekeringan tahun ini dari 27.000-an (hektare lahan), yang puso 469 hektar," kata Gandi dalam acara FGD Antisipasi Menghadapi Musim Kemarau di Jakarta, Senin (7/8/2023).

Dengan demikian, artinya secara total dari kekeringan 469 hektar dan banjir 1.800 hektar, ada 2.269 hektar lahan padi yang terancam gagal panen pada tahun ini.

https://money.kompas.com/read/2023/08/08/204000026/pengusaha-beras-sebut-banyak-pemilik-penggilingan-padi-tutup-karena-merugi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke