Pelemahan terjadi di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan minyak mentah global, dan setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kenaikan inflasi yang tidak terduga.
Mengutip Business Times, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun 3,7 persen atau 2,79 dollar AS ke level 73,40 dollar AS per barrel.
Sementara minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari turun 3,8 persen atau 2,71 dollar AS ke level 68,61 dollar AS per barrel.
Laporan indeks harga konsumen (IHK) AS bulan November 2023 menunjukkan inflasi mencapai 3,1 persen secara tahunan dan naik 0,1 persen secara bulanan. Realisasi ini berbeda dari perkiraan analis yang tidak ada kenaikan inflasi secara bulanan.
Data ekonomi itu semakin memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunganya pada awal tahun depan.
Pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan akan melambat pada 2024. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) memiliki penghitungan berbeda terkait perlambatan permintaan.
OPEC dan IEA akan memperbaharui perkiraan mereka terkait proyeksi permintaan minyak mentah di tahun depan.
"Sentimen negatif terhadap pasar minyak masih kuat saat ini,” kata Analis Kpler, Matt Smith.
Menurut Smith, lemahnya permintaan dan kekhawatiran bahwa kesepakatan OPEC+ untuk memangkas produksi guna membatasi pasokan, tidak akan cukup menyeimbangkan pasar dan membebani harga.
Adapun OPEC+ atau negara-negara yang tergabung dalam OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, telah sepekat untuk membatasi pasokannya sebesar 2,2 juta barrel per hari pada kuartal pertama 2024.
Kini investor tengah menanti hasil pertemuan The Fed pada pekan ini yang diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunganya.
Selain itu, yang juga sedang menjadi fokus adalah pembicaraan di KTT iklim COP28, di mana para negosiator sedang menunggu rancangan kesepakatan baru setelah banyak negara mengkritik versi sebelumnya karena terlalu lemah sebab tidak mencakup kesepakatan untuk menghapuskan bahan bakar fosil.
https://money.kompas.com/read/2023/12/13/100000926/harga-minyak-dunia-susut-3-persen-usai-data-inflasi-as-rilis