Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masih Tradisional, Ekonomi Indonesia Justru Tahan Banting

Ekonom sekaligus Pendiri Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini menjelaskan, Indonesia memiliki sistem ekonomi yang cenderung tradisional.

"Walaupun terjadi gonjang-ganjing di luar (negeri), kenapa ekonomi kita masih bisa sustain, karena ekonomi kita masih tradisional," kata dia dalam Media Workshop Hilirisasi Pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur, Kamis (29/1/2024).

Ia menambahkan, kondisi tersebut kontras ketika dibandingkan dengan dua negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia. Ekonomi Singapura sangat tergantung dengan negara lain. Sementara, ekonomi Malaysia memiliki porsi perdagangan internasional dan investasi lebih dari separuh ekonomi nasional.

"Tapi di Indonesia, 75-80 persen ekonomi Indonesia itu tergantung pada konsumsi domestik oleh swasta dan konsumsi pemerintah lewat APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," imbuh dia.

Dengan demikian, Hendri bilang, Indonesia memiliki ruang yang cukup luas untuk dapat mengembangkan ekonomi pada 2024.

Namun begitu, Indonesia juga tak lepas dari tantangan ekonomi. Penurunan harga komoditas, dipicu perlambatan ekonomi global yang membuat permintaan secara volume jadi turun.

Di sisi lain, surplus perdagangan Indonesia terhadap negara lain terus menipis. Hal ini disebabkan karena impor Indonesia belum tumbuh normal, imbas dari industri yang belum pulih.

"Sehingga ekspor melemah, tetapi impornya belum kembali, jadi Indonesia masih surplus dagang. Ini yang masih menjadi masalah bagi kita," ujar dia.

Untuk itu, ia berharap ekspor dapat terus tumbuh ke depannya. Pasalnya, ketika ekonomi domestik telah kembali ke jalur pertumbuhan, peningkatan impor dapat mengganggu surplus perdagangan.

Belum lagi, saat ini ekspor Indonesia semakin bergantung pada produk-produk turunan tambang. Selain itu, Indonesia juga cenderung hanya bergantung pada satu negara tujuan ekspor.

"Kalau diversifikasi ini tidak dikembangkan, ini akan jadi masalah untuk kita, karena ketika terjadi masalah di satu negara, itu tidak kemudian terganggu kalau kita mengekspor produk lain ke negara yang lebih beragam," tandas dia.

Sebagai informasi, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mampu mencapai 5 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada 2024 diproyeksikan ada di kisaran 4,9 sampai 5 persen.

https://money.kompas.com/read/2024/03/01/101233126/masih-tradisional-ekonomi-indonesia-justru-tahan-banting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke