Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Citi Indonesia "Ramal" The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menjelaskan, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan sangat berpengaruh pada bank sentral Amerika Serikat Federal Reverse (The Fed). Suku bunga acuan AS sendiri sangat bergantung pada sekurang-kurangnya dua indikator yakni tingkat inflasi dan tingkat pengangguran (unemployment rate).

"Jerome Powell sendiri mengatakan, kapan saja dia melihat adanya pemelahan sektor pekerja, unemployment rate mulai accelerating, mereka akan memangkas (suku bunga acuan)," kata dia usai konferensi pers di Jakarta, (22/5/2024).

Ketika The Fed sudah memotong suku bunga, Indonesia memiliki peluang untuk turut menurunkan tingkat suku bunga acuan BI (BI rate). Hal ini karena, tingkat inflasi Indonesia pada 2024 diproyeksikan masih akan berada di bawah 3 persen.

"Itu memungkinkan untuk Bank Indonesia, cut rate, tetapi setelah dari Federal Reserve meng-cut itu (suku bunga)," imbuh dia.

Namun demikian, Batara bilang, kemungkinan pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih kecil dibandingkan total suku bunga yang diturunkan The Fed pada 2024.

"Kita lihat saja, ada berbagai implikasi, lihat situasi inflasi di Indonesia dengan budget defisit dan current account defisit," terang dia.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman mengatakan, proyeksi pemotongan suku bunga The Fed tersebut masih dapat berubah.

"Kalau ternyata penurunan bunga The Fed itu mundur ke belakang, itu bisa mengakibatkan volatilitas di pasar US Treasury dan volatilitas arus dana ke emerging market," kata dia.

Helmi menjelaskan, penurunan suku bunga di Indonesia sangat bergantung pada siklus penurunan suku bunga The Fed. Citi Indonesia memperkirakan penurunan suku bunga BI akan berjalan lebih lambat dari penurunan suku bunga The Fed.

"Karena kami mempertimbangkan diferensiasi suku bunga rupiah dan dollar AS yang saat ini selisihnya cukup sempit. Diferensial suku bunga yang sempit ini berdampak negatif pada suplai valas di pasar, terutama korporasi karena tidak ada insentif bagi korporasi untuk menukarkan kelebihan dollar hasil ekspor ke rupiah," terang dia.

Hal tersebut tetap perlu memperhatikan tingkat inflasi dalam negeri yang terjaga, atau berada di bawah 3 persen. Pada bulan Mei ini harga bahan makanan seperti beras yang sempat menjadi penopang inflasi juga terlihat mulai turun.

https://money.kompas.com/read/2024/05/22/201000426/citi-indonesia-ramal-the-fed-bakal-pangkas-suku-bunga-acuan-hingga-satu-persen

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke