Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Leuwiliang: Sehat Berkeringat Sambil Mengenal Tanaman Obat

Kompas.com - 13/02/2008, 15:45 WIB

Puas menikmati semua itu, Anda bisa membawa pulang tanaman obat sebagai buah tangan.   "Tentunya harus membayar dengan biaya antara Rp 5000 hingga Rp 15000 per jenis tanaman tergantung dari jenis tanamannya" ungkap Winarto, yang lulusan IPB ini.

Dari sekitar 300 jenis bibit tanaman obat dalam kemasan polibag, sejauh ini sudah tersedia 64 jenis tanaman obat yang sudah dikeringkan dan siap rebus serta 20 jenis kapsul tanaman obat. Semua bisa dibeli di tempat itu lengkap dengan  potongan harga sebesar 10 persen  - 20 persen.  “Hitung-hitung tidak ada ongkos kirimnya lantaran Anda langsung membawa pulang sendiri tanaman tersebut” lanjut bapak satu anak ini sambil merinci untung ruginya.

Setiap tanaman yang dibeli dari KTO Karyasari ini masih disertai cuplikan literatur tentang sifat, kegunaan dan cara penggunaan tanaman itu sebagai obat. “Kunjungan seminar serta kunjungan di hari kerja dimungkinkan dengan perjanjian terlebih dahulu. Sebab saat ini KTO  Karyasari hanya membuka kunjungan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00” jelas pria kelahiran Purworejo ini mengingatkan.

Ditambahkan lagi bila rombongan hendak melakukan wisata sehari dikenakan biaya Rp. 75000 sudah termasuk: transportasi Jakarta-Karyasari PP, makan siang (nasi timbel, pepes ikan mas, goreng ayam kampung, sambal, lalaban tanaman obat dan sayur asem), seminar kebun, buku seminar, snack dua kali dan pemandu.

Gara-gara Nyeri Punggung

Adalah Widisih Pudji Winarto (43) penggagas berdirinya kebun tanaman obat Karyasari ini. Sementara kisah berdirinya terbilang unik lantaran dari pengalaman pribadinya. Suatu ketika di tahun 1987 saat masih tinggal di Pekanbaru. Winarto mengalami nyeri punggung yang tak kunjung henti. Lalu pria kelahiran Purworejo ini berobat ke berbagai dokter termasuk ke dokter saraf untuk perawatan. Namun usahanya itu tak kunjung membuahkan hasil.

Singkat cerita, ada seseorang menawari ramuan tanaman obat sebanyak 4 bungkus. Ramuan itu terdiri dari tempuyung, tapak liman, dan  sambiloto. Nama-nama  ramuan itu  sendiri sebenarnya tidak asing baginya lantaran semasa kuliah pernah mendapat pelajaran mengenai jenis tanaman itu. "Saya minum satu bungkus sakitnya hilang seperempat. Lalu minum sebungkus lagi hilang seperempat hingga minum 2 bungkus lagi praktis hilang semuanya" ungkap Winarto. Atas kesembuhannya itu Winarto terbengong-bengong dan langsung menganggap bahwa tanaman obat itu adalah benar-benar obat. Setelah itu Winarto rajin menanam tumbuhan obat di pekarangan rumahnya.

Lalu setelah mengumpulkan uang dari hasil kerjanya sebagai konsultan pertanian Bank Indonesia, Winarto membeli  sebidang tanah di desa Karyasari Leuwiliang ini sekitar Juli 1995. Mulanya sebagian tanahnya digunakan sebagai kandang ayam oleh kakaknya dan sebagian lagi digunakan untuk menanam tumbuhan obat. Dari kotoran ayam itu dijadikannya juga pupuk untuk tanamannya. Ternyata lambat laun tanaman obatnya tumbuh dengan subur.

Suatu saat ketika mengikuti  expo agro di Departemen Pertanian, tak dinyana pamerannya mendapat sambutan yang luar biasa dari pengunjung. Bahkan banyak pengunjung yang meminta informasi mengenai tanaman obat yang ditanamannya. Atas respon yang luar biasa serta tak pernah sepi stannya ketika itu. Maka dari hanya sekedar hobi, Winarto menjadikan kebun tanaman obatnya sebagai usaha hidupnya hingga kini. Dan sejak Januari 2001 kerap mengadakan pelatihan-pelatihan perihal tanaman obat yang uniknya lagi  pesertanya banyak dari kalangan dokter. (Senior/Hendra Priantono)

Alamat Agrowisata Tanaman Obat Karyasari:
Kebun : Jl. Raya Karacak-Cianten Km 10 Desa Karyasari
  Leuwiliang-Bogor, Jabar Telp. 0251-641192

Pusat :   Kavling Depkes, Jl. Kesehatan I No. 316 Pondok Cabe
  Ciputat 15411 Telp. 021-74703821

Cabang : Jl. Minas IV Blok G 5 No. 12 A Perumahan Jatiwaringin Asri
  Pondok Gede 17411 Telp. 021-8466766

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com