Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangguk Untung dari Lembaran Uang Baru

Kompas.com - 19/09/2008, 06:04 WIB

PADANG, JUMAT - Pagi baru saja dimulai ketika Agustin (47) mulai memasang gembok pintu rumah kayu berwarna biru. Lengkap dengan baju dinas berupa celana jins belel, kaos, serta topi merah, dia mulai melangkah keluar halaman rumah yang hanya berukuran 1x1 meter persegi.

Biasanya, Agustin langsung menuju ke bawah Jembatan Siti Nurbaya, Padang, untuk menjajakan uang pecahan yang masih baru. Namun, karena penukaran uang di bank semakin sulit, Agustin pun terpaksa ikut mengantri di bank untuk membantu tetangganya yang pemodal dan pemasok uang baru mendapatkan uang pecahan dalam jumlah yang lebih banyak lagi.

Satu orang kini dibatasi hanya boleh menukarkan satu gepok uang pecahan Rp 1.000, satu gepok Rp 5.000, dan Rp 10.000. Kalau dulu, boleh saja orang menukarkan uang sebanyak apapun ke bank. Sekarang sulit, kata perempuan yang masih bertanggung jawab menafkahi dua orang anaknya itu.

Biasanya, dia hanya ikut sekali mengantri. Selanjutnya, dia mulai menjajakan uang yang fresh from the oven itu. Sasaran konsumennya adalah mobil atau motor yang lewat di seputar jembatan Siti Nurbaya.

Para pengemudi kendaraan bermotor itu umumnya sudah hafal betul bahwa penjual uang dadakan biasanya mulai beredar di sekitar jembatan itu manakala bulan puasa. Biasanya, hingga malam takbiran, para penjaja uang itu masih berusaha menawarkan uang kertas yang masih baru.

Untuk uang pecahan Rp 1.000, seorang penjual menawarkan dengan harga Rp 110.000 per bundel berisi 100 lembar. Untungnya Rp 10.000 per bundel. Kalau berhasil menjual uang pecahan Rp 10.000, penjual uang ini bisa langsung mengantongi Rp 100.000 sebagai keuntungan mereka.

"Tapi jarang sekali. Biasanya orang menukarkan uang pecahan Rp 1.000. Kalau bisa mendapatkan orang yang menukarkan uang Rp 10.000, nah barulah bisa dapat Rp 100.000," kata Agustin.

Jumlah keuntungan tiap penjual uang ini meningkat semakin mendekati hari raya. Seminggu sebelum hari Lebaran, harga jual satu bundel uang Rp 1.000 bisa mencapai Rp 115.000 atau Rp 120.000.

Uang yang diperoleh para penjual itu tidak langsung dikantongi bulat-bulat. Sebagian penjual yang tidak mempunyai modal besar, terpaksa membagi dua keuntungan hari itu dengan p emodal yang bertugas menukarkan uang besar menjadi uang recehan di bank. Besar pembagian keuntungan ini sudah disepakati sejak awal.

Pemodal yang langsung terjun ke jalanan untuk menjajakan uang baru ini, bisa mengantongi seluruh keuntungan yang diperoleh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com