Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupuk Paketan Dijual Melebihi HET

Kompas.com - 28/01/2009, 19:40 WIB

 

 

BLORA,RABU-Kepolisian Sektor Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menyelidiki kasus pupuk paketan yang dijual di atas harga eceran tetap atau HET.

Harga satu paket berisi urea bersubsidi 50 kilogram dan NPK 25 kilogram itu adalah Rp 110.000.

Kepala Kepolisian Sektor Banjarejo Ajun Komisaris Kompiang Suratha, Rabu (28/1) di Blora, mengatakan mendapat laporan kasus itu dari anggota Komisi B DPRD Kabupaten Blora Singgih Hartono dan sejumlah petani. Mereka menilai penjualan paket itu menyalahi aturan lantaran dijual dalam satu paket dengan harga di atas HET.

"Saat ini, kasus itu masih dalam tahap penyelidikan untuk menentukan jenis pelanggaran atau pidananya. Jadi polisi belum menetapkan tersangka," kata dia.

Menurut Kompiang, polisi akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kabupaten Blora. Pasalnya, instasi itu mengetahui betul seluk -beluk pendistribusian pupuk dan sanksi-sanksi pelanggaran pendistribusian itu.

Selasa kemarin, Singgih Hartono dan sejumlah petani Kecamatan Banjarejo melaporkan Basiran (35), pengecer pupuk Desa Mojowetan, Kecamatan Banjarejo, ke polisi. Basiran diduga menjual pupuk urea bersubsidi Rp 65.000 per zak sepaket dengan NPK Rp 45.000 per 25 kilogram.

"Pengecer itu mewajibkan petani membeli paket itu. Ia tidak memperkenankan petani membeli urea saja. Saya sudah mengumpulkan saksi-saksi dan barang bukti berupa kuitansi pembelian," kata Singgih.

Petani Desa Mojowetan Masngud (55) mengaku membeli pupuk paketan itu Rp 110.000. Waktu itu, ia mengutus Nyamat (29), anaknya.

"Karena membutuhkan urea, ya saya terpaksa membeli pupuk paketan itu. Kalau tidak membeli paketan itu, saya tidak boleh membeli urea," kata dia.

Penjualan pupuk paketan terjadi pula di Desa Banjarejo. Isi paketan itu sama, yaitu urea bersubsidi kapasitas 50 kilogram dan NPK 25 kilogram, dengan harga Rp 110.000.

Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki 2 Desa Banjarejo Wiji (34) mengaku terpaksa membeli pupuk paketan itu lantaran membutuhkan pupuk urea bersubsidi. Ia sama sekali tidak menginginkan membeli NPK.

"Kami berharap pemerintah daerah mengambil sikap. Belakangan ini, para petani terus dirugikan dan menjadi korban permainan sejumlah distributor dan pengecer pupuk," kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com