JAKARTA, KOMPAS.com - Karena surat utang negara (SUN), baik di dalam maupun luar negeri, laku keras, Pemerintah akhirnya batal menarik pinjaman siaga alias standby loan tahun ini. Hingga akhir bulan lalu, Pemerintah sudah meraup duit Rp 58,1 triliun dari SUN.
Dus, Pemerintah sudah melampaui target penerbitan SUN di APBN Penyesuaian 2009, sebesar Rp 54,7 triliun. "Kami sudah mendapatkan sumber pembiayaan untuk menutup defisit lewat surat utang negara. Maka, kami tak akan mengambil standby loan. Sebenarnya sayang," kata Direktur Pembiayaan Multilateral Bappenas Dewobroto Joko Putranto.
Saat ini, Pemerintah telah mengantongi komitmen standby loan sebesar 2,5 miliar dollar AS dari total rencana 5,5 miliar dollar AS. Komitmen itu berasal dari Bank Dunia sebesar 2 miliar dollar AS dan Bank Pembangunan Asia (ADB) 500 juta dollar AS.
Meski tidak jadi menarik standby loan, bukan berarti Pemerintah bebas dari pungutan. Dewobroto bilang, Pemerintah tetap terkena biaya komitmen yang besarnya 0,15 dollar AS per tahun dari nilai total pinjaman siaga.
Kendati demikian, kalau sampai tahun depan pemerintah tak juga perlu menarik standby loan, Pemerintah tetap akan memperpanjang waktu pinjaman. "Syarat dan kondisinya tetap sama. Untuk ADB, LIBOR plus 0,2 persen dan itu sangat murah dibanding bunga pasar," ujar Dewobroto.
Data Departemen Keuangan menyebut, Pemerintah sudah menerbitkan surat berharga negara mencapai Rp 960,7 triliun atau meningkat Rp 308,7 triliun ketimbang tahun 2000 lalu. Jumlah ini akan bertambah lagi. Selasa (12/5) ini, Pemerintah kembali menjual obligasi dengan target indikatif Rp 2 triliun.
Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Harry Azhar Azis meminta Pemerintah seimbang dalam memilih sumber pembiayaan defisit anggaran yang tahun ini mencapai Rp 139,5 triliun. "Harus ada balance antara loan dan obligasi," kata Harry. Apalagi, bunga standby loan masih lebih rendah daripada bunga surat utang. (Uji Agung Santosa/ Kontan)