Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: "Bos" Lambat, Proyek 10.000 MW Telat

Kompas.com - 29/06/2009, 11:19 WIB

KENDARI, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, krisis listrik yang saat ini terjadi di hampir semua daerah diperlambat penyelesaiannya oleh lambatnya respons "bos".

Kalla tidak menyebut siapa bosnya, tetapi dari konteks pembicaraannya, bos yang dimaksud adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kenapa krisis listrik ini telat ditangani? Seandainya bisa beli listrik eceran, saya beli. Listrik ini butuh tiga tahun pembangunan pembangkitnya. Masalah kita selama ini karena tidak cepat," ujar Kalla saat dialog dalam kunjungan kerja di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (29/6).

Kalla berpendirian, jika tidak cepat ditangani, Indonesia bisa padam pada tahun 2009. Lambatnya pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW karena alasan tidak ada anggaran. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 100 triliun. "Kalau tidak dibangun, kita rugi setiap tahun Rp 100 triliun untuk subsidi. Logika berpikir yang keliru (dari penentu kebijakan) saya luruskan. Sudah jelas rugi Rp 100 triliun per tahun masih berpikir bagaimana caranya. Tidak usah berpikir untuk rugi," ujar Kalla.

Karena hambatan luar biasa, Kalla berujar, untuk pembangunan pembangkit 10.000 MW, segala resiko dia yang menanggung. "Bos tidak mau teken saat itu. Kemudian mau teken di depan saya," ujar Kalla.

Kalla mengungkapkan, soal lambatnya pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW karena keluhan Gubernur Sultra dan Muspida soal krisis listrik di Sultra. Rasio kelistrikan di Sultra jauh dari rata-rata nasional, yaitu hanya 65,10 persen.

Mencegah pemadaman yang lebih luas, setiap malam lampu jalan dipadamkan dan saran penggunaan generator bagi mal, hotel, dan industri pada saat beban puncak pukul 18.00-22.00. "Hampir setiap hari kami didemo yang menuntut agar krisis listrik di Sulawesi Tenggara tertangani," ujar Gubernur Sultra Nur Alam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com