Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melacak Manusia Purba Gunung Kidul

Kompas.com - 11/10/2009, 15:55 WIB

Warga sekitar, seperti Sagiyo dan Tumiyem, yang bermukim tepat di bawah Song Bentar, mengaku sama sekali tidak tahu menahu ceruk tersebut pernah menjadi hunian manusia purba sampai mereka dilibatkan dalam penggalian oleh para arkeolog. Sagiyo mengaku ikut membantu pengangkatan beberapa rangka manusia purba yang tubuhnya relatif utuh.

Menurut data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala DIY, di Song Bentar terdapat fragmen tengkorak dan tulang manusia purba Homo sapiens. Setidaknya ada delapan individu, terdiri dari lima dewasa, dua anak-anak, dan satu bayi. Beberapa alat batu, seperti batu giling, beliung persegi, dan mata panah pun banyak dijumpai di lokasi ini.

Sekitar 2 kilometer dari Song Bentar, yaitu di Dusun Kanigoro, Desa Tambakromo, Kecamatan Ponjong, terdapat hunian manusia purba lain, yaitu Song Blendrong. Ceruk ini menyerupai Song Bentar, tetapi jauh dari perkampungan penduduk dengan jalan beraspal yang masih bisa dilewati kendaraan roda dua atau roda empat.

Song Blendrong juga kaya dengan artefak peninggalan manusia purba. Di Song Blendrong kami dikejutkan banyaknya tulang yang kemungkinan berasal dari manusia purba beserta peralatan dari batu, tanduk, maupun serut dari kerang berserakan di lantai ceruk.

Lantai Song Blendrong telah banyak digali untuk diambil kandungan fosfatnya sehingga artefak itu bermunculan ke permukaan. Para petani di sekitar mulut goa baru percaya setelah melihat sendiri tulang yang di berada sana.

Ceruk di Song Bentar sebenarnya juga pernah ditambang, tetapi penambangan fosfat tersebut berhenti setelah kandungan fosfat menyusut.

Keindahan ceruk dan goa prasejarah di Gunung Kidul ini memang terancam lenyap karena aktivitas pertambangan yang tidak terkendali. Apalagi goa dan ceruk prasejarah ini terletak di ladang milik penduduk setempat. Padahal, kehadiran ceruk dan goa dalam kealamiannya dapat memberikan gambaran kemampuan nenek moyang kita bertahan hidup dengan menyiasati alam.

Kami juga mengunjungi Goa Seropan di Dusun Semuluh, Desa Gombang, Kecamatan Semanu. Goa dengan aliran sungai bawah tanah itu hanya bisa ditelusuri menggunakan senter dan belum pernah diteliti para arkeolog, tetapi juga kaya dengan tulang purba.

Bersama rekan-rekan penelusur goa dari Acintyacunyata Speleological Club, kami menyusuri lorong baru di Goa Seropan yang sebelumnya tertutup lumpur. Lorong di kedalaman 60 meter dari permukaan tanah ini tiba-tiba muncul setelah banjir besar di sungai bawah tanah tahun lalu.

Seperti di bebatuan tepian aliran sungai bawah tanah pada lorong lama yang kaya cetakan tulang purba, lorong baru ini pun menyingkap potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia yang belum diketahui jenisnya karena belum pernah diteliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com