”Proses pemurnian dimulai dengan mengawinkan domba garut yang layak diduga memiliki gen bagus. Domba garut yang layak diduga memiliki gen bagus biasanya memiliki silsilah yang jelas,” katanya.
Domba garut yang ikut kontes biasanya memiliki catatan silsilah dengan bukti siapa indukannya. Proses perkawinan untuk pemurnian itu dilakukan hingga generasi keempat. Artinya, pada generasi kedua hingga keempat domba garut harus dikawinkan dengan pasangan yang kualitasnya bagus.
”Setelah generasi keempat gen domba garut sudah bagus secara permanen jika kemudian dikawinkan dengan domba garut lain yang asli,” kata Rahmat. Sama seperti manusia, domba juga dilarang kawin dengan domba lain yang memiliki hubungan darah karena akan menghasilkan gen yang jelek.
Dalam proses pemurnian itu, Rahmat mencatat dengan teliti silsilah keturunan dari Lipur, Dewa, dan Bagja, agar tidak terjadi perkawinan sedarah. ”Ketiga keturunan dari pejantan itu saling saya kawinkan. Berdasarkan catatan yang saya miliki, tidak terjadi perkawinan sedarah sehingga kualitas domba yang dihasilkan setelah generasi keempat memang bagus,” katanya.
Rahmat mengatakan, setelah mendapatkan domba garut dengan gen yang asli, budidaya menjadi sangat menguntungkan. Dari 14 domba garut yang dimurnikan itu, Rahmat membudidayakannya dengan sistem maro atau bagi hasil dengan peternak tradisional di Cimande, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Nagrak, Kabupaten
Awalnya dia mengajak peternak tradisional yang masih memelihara domba lokal atau domba garut yang tidak asli lagi. ”Ternyata tidak sulit mengajak mereka memelihara domba garut asli. Setelah melihat bukti bahwa memelihara domba garut asli lebih menguntungkan, mereka percaya,” kata Rahmat.
Rahmat memilih peternak tradisional yang umumnya tinggal di daerah pertanian. Beberapa peternak yang bermitra dengan Rahmat bahkan tinggal di kaki Gunung Gede Pangrango yang jauh dari pusat keramaian. ”Memelihara domba garut itu hanya perlu tiga hal: kemauan, rumput, dan air. Domba garut termasuk sangat tahan penyakit sehingga tidak perlu terlalu takut akan terserang penyakit yang mematikan,” katanya.
Kalaupun terserang penyakit, tidak sulit mengobatinya. ”Obat-obatan tradisional sangat ampuh menyembuhkan penyakit yang menyerang domba garut. Buah pinang, misalnya, manjur untuk mengobati cacingan atau daun serai untuk kutu kulit. Obat-obatan tradisional lain bisa diramu dari lengkuas atau daun cabai rawit,” kata Rahmat.
Tahun 2007 populasi domba garut asli milik Rahmat yang diternakkan dengan sistem maro sudah mencapai 300 ekor. Jumlah itu berkurang 100 ekor pada tahun berikutnya karena dijual Rahmat menjelang Idul Adha.
Budidaya domba garut asli, kata Rahmat, sangat menguntungkan dibandingkan dengan domba jenis lainnya. ”Setiap delapan bulan domba garut betina bisa beranak dua. Ini amat menguntungkan para peternak yang hanya perlu mencari pakan sepulang dari bertani di sawah atau ladang. Domba bisa menjadi tabungan yang menguntungkan bagi mereka,” kata Rahmat.