Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Majalengka Jadi Kawasan Tekstil

Kompas.com - 20/04/2010, 12:24 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Kabupaten Majalengka menjadi incaran kalangan industri tekstil lokal dan asing untuk dijadikan kawasan bisnis terpadu. Setelah diwacanakan sebagai alternatif utama relokasi kawasan industri Bandung selatan yang menjadi langganan banjir, wilayah tersebut kini juga diincar investor tekstil China.

Kepada Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat Agus Gustiar, Senin (19/4) di Bandung, mengatakan, untuk relokasi industri tekstil dari China itu, akan disiapkan lahan sekitar 350 hektar di Majalengka. Namun, sebelum menjadi kawasan industri, perlu perbaikan infrastruktur jalan dan penataan tata ruang agar kawasan tersebut bebas banjir. "Selain jaminan infrastruktur jalan, dibutuhkan ketersediaan listrik dan pasokan air," ujarnya.

Produsen tekstil China melirik Jabar untuk dijadikan alternatif relokasi perusahaan karena banyak pabrik mereka yang sudah kelebihan kapasitas. Selain itu, upah tenaga kerja Jabar juga lebih murah ketimbang China.

Agus menuturkan, saat ini 50-60 persen kapasitas lahan industri di Jabar masih bisa dimanfaatkan untuk pembukaan kawasan industri baru, termasuk rencana relokasi pabrik tekstil China itu.

Rencana relokasi industri China juga sejalan dengan harapan Kementerian Perindustrian yang menginginkan Indonesia punya kawasan industri tekstil terpadu guna meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Kementerian Perindustrian ternyata juga membidik Majalengka sebagai lokasi sentralisasi kawasan terpadu.

Menurut Agus, Jabar siap menampung industri tekstil China karena masih banyak lahan strategis. Terlebih, Jabar memiliki rantai produksi dan pemasaran tekstil terpadu dari hulu hingga hilir. Ini akan mempermudah arus distribusi produk dan suplai bahan baku. Minta insentif

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jabar Ade Sudradjat sependapat jika relokasi industri China diarahkan ke Majalengka. "Namun, mereka (pengusaha tekstil China) berharap pemerintah provinsi punya keberpihakan terhadap kepentingan industri dengan memberi insentif pajak dan menjamin iklim usaha kondusif," katanya.

Ade mengakui, sudah ada pembicaraan awal dengan pengusaha China yang ingin memindahkan pabrik ke Indonesia. Guna mendukung rencana relokasi, pemerintah sudah saatnya menyiapkan infrastruktur tol, jaminan pasokan listrik, ketersediaan air bersih, teknologi informasi, hingga akses jalan ke Majalengka.

Lahan yang dibutuhkan sekitar 350 hektar dan diperkirakan mampu menampung setidaknya sembilan pabrik yang akan menyerap 200.000 tenaga kerja. Ia memperkirakan, nilai investasi satu pabrik minimal Rp 50 miliar hanya untuk mesin, belum termasuk listrik dan lahan.

Sebelumnya, Deputi Menko Perekonomian Bidang Perdagangan dan Perindustrian Eddy Putra Irawadi mengungkapkan dukungannya terhadap rencana relokasi industri China itu. Jika China menginginkan relokasi dalam satu kawasan khusus, pemerintah harus mendukungnya. Namun, ia berharap industri ini lebih difokuskan pada industri hulu seperti benang. Selain itu, investasi juga diharapkan melibatkan pengusaha lokal sehingga tidak ada penguasaan lokasi dan industri oleh China. (GRE)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Ada Momen Ramadan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com