Uni Eropa, misalnya, menargetkan sekitar 20 persen suplai energinya berasal dari sumber energi terbarukan, termasuk dari panas bumi.
Pemerintah Indonesia menargetkan pada 2025 sekitar 5 persen dari total kebutuhan energi nasional akan dipenuhi melalui pemanfaatan energi panas bumi yang dieksplorasi secara ramah lingkungan.
Darwin Zahedy Saleh menyatakan, pemerintah sangat serius menggarap teknologi panas bumi dan mengurangi kebergantungan pada sumber energi fosil.
Meskipun masih digunakan, lambat laun penggunaan batu bara sebagai sumber energi listrik akan dikurangi, khususnya mulai percepatan kedua pemenuhan energi listrik nasional. Ia membantah sinyalemen semua proyek pemberdayaan panas bumi akan dilakukan investor dari China.
”Geotermal kita menggunakan pabrikan beragam, mulai dari Jepang, China, Jerman. Jadi, sinyalemen itu tidak benar. Kita tetap akan menggunakan kombinasi sementara mekanisme pembiayaannya masih dipikirkan alternatifnya. Kebutuhan listrik kita meningkat 8-11 persen per tahun, sementara pasokan listrik hanya tumbuh sekitar 3,5-4 persen. Selisih itu harus kita tutup pelan-pelan,” kata Darwin. (BEN)