Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SK Kenaikan TDL Ngaco, Pengusaha Kecewa

Kompas.com - 07/07/2010, 15:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengusaha memprotes Surat Keputusan Menteri ESDM mengenai kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Mereka yang memprotes adalah para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Forum Komunikasi Asosiasi Industri Nasional, dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Menurut mereka, besaran kenaikan yang tercantum dalam SK tidak sesuai dengan besar kenaikan yang dijanjikan pemerintah sebelumnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Garmen dan Asesori Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita mengatakan, pengusaha kecewa atas ketidaksinkronan itu. Oleh karena itu, mereka bergabung untuk meminta penundaan kenaikan TDL bagi industri.

"Kami termasuk kecewa," ungkapnya di kantor Apindo, Rabu (7/7/2010).

Menurut Suryadi, pernyataan kenaikan TDL oleh pemerintah berkisar antara 10-16 persen. Namun, ternyata untuk tekstil jauh melebihi angka itu. Suryadi mencontohkan, industri tekstil yang tergolong pelanggan E-III harus membayar kenaikan tarif dari Rp 492 ke Rp 680 untuk Luar Waktu Beban Puncak (LWBP).

"Jadi hitung saja itu berapa persen kenaikannya," katanya gusar.

Karena itu, para pengusaha ingin menantang PLN untuk secara transparan menjabarkan formula perhitungan kenaikan tarif yang diberlakukannya. Jika kenaikan tetap pada angka demikian, bukan tak mungkin harga barang bisa naik sekitar 10 persen. Bahkan, bisa mencapai 20 persen.

"Yang saya khawatirkan pula bisa terjadi PHK lagi. Kalau kenaikan begini ya lebih baik impor lagi," ancam Suryadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com