Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Norita Alex: 'Flyover', 'Underpass', dan St Mark di Lippo Village

Kompas.com - 13/08/2010, 20:04 WIB

Proyek residensial apa yang sedang dikerjakan saat ini? Kami tetap memfokuskan diri pada landed house. Tapi, kali ini yang dibangun adalah rumah kecil berukuran 7 x 16 m d dekat Boston, Taman Diponegoro, sebanyak 120 unit. Harganya di bawah Rp 1 miliar. Rumah itu dua lantai, dua kamar tidur, tampak muka bagus, ada club house, dan di dalam kluster.

Ke depan, jumlah unitnya akan jadi dua kali lipat. Kami akan bangun rumah di lokasi berbukit, yang tanahnya 5 meter lebih tinggi. Konturnya bagus. Ini akan menjadi satu-satunya kluster yang dibangun dengan fasilitas sport club. Kluster ini kami namakan Lippo Village 15 karena luasnya 15 hektar.

Ada kluster khusus yang dibuat untuk kos-kosan sebanyak 27 unit dan hampir 75 persen sudah terjual. Lokasinya di Villa Permata di Lippo Barat.

Harga tanah di Lippo Village terus meningkat. Harga tanah di kawasan Taman Golf, misalnya, naik 40 sampai 60 persen dalam dua tahun terakhir ini.

Berapa persen lagi lahan Lippo Village yang tersisa? Lahan Lippo Village totalnya 2.500 hektar, dan yang baru terpakai untuk perumahan dan ruko seluas 1.500 hektar. Lalu ada 550 hektar yang dikembangkan sebagai CBD. Sebagian sudah dibangun, sebagian lagi belum.

Lahan yang belum dikembangkan dan dialokasikan untuk residensial seluas 450 hektar. Lahannya membentang sampai ke wilayah Legok, Tangerang.    Sebagai salah satu penghuni, bagaimana pengalaman Anda tinggal di Lippo Village? Sejak tahun 1993 hingga kini, Lippo Village mengalami kemajuan pesat. Dan keberhasilan Lippo Village tidak terlepas dari keberhasilan Town Management Division (TMD) yang dengan baik mengelola sampah, kebersihan, dan segala sesuatu yang berurusan dengan penghuni rumah.

Terus terang, saya kagum pada cara kerja TMD. Kebetulan saya tinggal di Lippo Village. TMD bekerja manual dan sangat disiplin mengangkut sampah, misalnya. Kalau di perumahan lain, mungkin sampah sudah digondol kucing dan acak-acakan.

Ketika saya membeli rumah di Lippo Village sekitar 15 tahun yang lalu, saya melihat kotak sampah tingginya sepinggang orang dewasa. Dengan demikian, sampah tidak berceceran.

Banyak aspek yang membuat Lippo Village unggul dalam pengelolaan kawasan. Mulai dari pengolahan air bersih sampai pengolahan sampah dan kompos. Kami punya mobil penyapu jalan yang selalu membersihkan jalan.

Ada satu pengalaman lagi. Sejak anak saya pindah dari Bali ke Lippo Village, batuk-batuknya berkurang dan kemudian hilang karena udara di kawasan ini relatif bersih dan suhu udara lebih rendah 2 derajat. Wajar jika banyak orang memilih tinggal di Lippo Village.   Pembeli rumah di Lippo Village adalah juga penghuni. Di antara mereka membeli rumah kecil, lalu setelah keuangan membaik, membeli rumah lebih luas, masih di Lippo Village. Penghuni Lippo Village umumnya happy tinggal di sini.

Apa yang dilakukan Lippo Village untuk membantu masyarakat sekitar yang masih berkekurangan? Ada komunitas penghuni Lippo Village yang bernama Lippo Ladies. Bekerja sama dengan Rumah Sakit Siloam, Lippo Ladies pernah membantu anak penduduk sekitar yang sakit jantung. Dibutuhkan biaya Rp 80 juta untuk menyelamatkan anak itu.   Selain itu, RS Siloam juga akan membangun rumah sakit umum dengan 2.000 tempat tidur untuk masyarakat menengah bawah, sekaligus menjadi teaching hospital. Lokasinya di belakang RS Siloam sekarang. Luasnya 4.600 m2. Tahap pertama, akan disediakan 300 tempat tidur dan akan menjadi 2.000 tempat tidur. (Robert Adhi Ksp)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com