Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Solusi Kenaikan Harga Beras

Kompas.com - 01/09/2010, 07:53 WIB

Dibandingkan Thailand dan Vietnam, harga beras di Indonesia lebih tinggi untuk kualitas yang sama. Tingginya harga menimbulkan kerentanan, apalagi bila sudah melampaui ambang batas daya tahan masyarakat.

Terlena

Mengendalikan harga beras menjadi harga mati. Hal itu dilakukan dengan cara menjaga produksi beras agar tetap bagus dan mengendalikan harga di pasar. Yang pertama urusan Kementerian Pertanian (Kemtan) dan kedua tugas Perum Bulog.

Sejak tahun 2006 produksi beras nasional terus meningkat. Hal ini karena tiga faktor, yakni program bagi-bagi benih unggul dan pupuk gratis, dorongan daya tarik harga beras yang membaik, serta introduksi benih padi hibrida.

Tentu ada faktor lain, seperti kerja penyuluh pertanian dan aparat birokrasi pertanian di pusat dan daerah. Namun, untuk kedua hal ini, getarannya tidak begitu terasa di lapangan.

Pencapaian swasembada beras dalam dua tahun belakangan ini tampaknya membuat pemerintah terlena. Fokus pemerintah kemudian tidak bagaimana menjaga momentum produksi meski dalam iklim sulit sekalipun, tetapi bagaimana menekan subsidi bagi pertanian.

Gerakan efisiensi pun merebak di mana-mana. Subsidi pupuk 2010 dan 2011 dipangkas. Bulog juga jangan sampai merugi. Padahal, bila mau jujur dan bertanya kepada petani, mereka lebih senang harga gabah dan beras tidak naik, tetapi harga kebutuhan hidup lain tetap.

Di tengah euforia swasembada dan pengurangan subsidi pupuk, perubahan iklim ekstrem datang. Panen padi musim hujan 2010 tidak menggembirakan bagi petani. Kualitas padi hancur, petani mengeluh produktivitas melorot. Di beberapa daerah, mereka teriak gagal panen.

Meski demikian, sudah bisa ditebak, produksi beras nasional pasti naik. Badan Pusat Statistik menghitung produksi padi pada angka ramalan I BPS yang dirilis Juni 2010 naik menjadi 65,15 juta ton gabah kering giling. Produksi padi nasional adalah hasil perkalian antara produktivitas tanaman padi per hektar dan luas panen.

Produktivitas yang menghitung BPS melalui model sampling ubinan. Adapun data luas panen disetor Kemtan. Meski alih fungsi lahan pangan 110.000 hektar per tahun dan cetak sawah baru 15.000 hektar per tahun, luas tanam dan panen padi tetap meningkat setiap tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com