Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata-mata Bisnis Semakin Menggila

Kompas.com - 08/10/2010, 07:54 WIB

Kerepotan tidak hanya melanda MI5, tetapi juga FBI. Badan federal AS ini telah mengirimkan dan melatih ratusan orang untuk menghadapi intelijen China, termasuk tim khusus yang memfokuskan diri pada spionase ekonomi.

FBI mengeluarkan dana hingga 2,2 miliar dollar AS untuk program kontraterorisme dan kontra-intelijen. Anggaran CIA masih tetap dirahasiakan.

Pejabat AS mengatakan, China tampaknya telah mengatur rencana soal mata-mata dengan canggih. China tidak hanya melibatkan mata-mata yang terlatih, tetapi juga mahasiswa yang polos serta lugu dan sedang belajar di AS.

Lebih leluasa

”Pertarungan” intelijen AS dengan China sangat berbeda ketika AS menghadapi Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Lagi pula, setiap tahun ribuan warga China datang ke AS, baik sebagai pebisnis (ada yang bekerja pada kontraktor pertahanan AS) maupun sebagai mahasiswa. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh Uni Soviet saat Perang Dingin karena warganya sulit keluar dari negaranya sendiri.

Kini warga China malah disambut dengan tangan terbuka oleh universitas ataupun perusahaan yang menghargai kemampuan teknis mereka dan gaji yang relatif lebih rendah.

Sebagian besar di antara mereka bekerja sungguh-sungguh atau belajar tekun, tetapi sungguh-sungguh juga merepotkan bagi petugas kontra-intelijen AS.

Para ahli kontra spionase mengatakan, kesulitan sudah dimulai saat mereka dikontak oleh Pemerintah China atau salah satu dari 3.000 perusahaan China. Perusahaan-perusahaan China ini, berdasarkan pengamatan FBI, memang didirikan untuk menyerap informasi soal pertahanan dan militer atau teknologi industri secara tidak sah.

Beberapa warga China yang tinggal di AS mau melakukan kegiatan mata-mata karena iming-iming uang. Ada juga beberapa warga China yang mau melakukannya karena faktor nasionalisme.

Szady mengatakan, mereka dapat bekerja di berbagai level. Hal inilah yang menyebabkan kekuatan China sangat sulit dibendung dibandingkan dengan kekuatan Uni Soviet, yang sudah bubar itu. Susahnya lagi, Pemerintah AS sulit membendung dan membatasi penempatan pegawai dari Asia karena akan dianggap melakukan diskriminasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com