Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen: Kekuatan Baru di Dunia New Wave

Kompas.com - 10/10/2010, 15:55 WIB

Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc) KOMPAS.com - Di tahun 1995, Michael Hauben yang ketika itu masih berumur 22, menulis sebuah impiannya tentang kehidupan sosial masyarakat di masa depan. Di tengah merebaknya fenomena Internet ketika itu, Hauben memimpikan suatu gaya hidup masyarakat yang terkoneksi lewat Internet.

Katanya ”nantinya, banyak orang yang akan menjadi bagian dari komunitas online, memberikan kontribusinya untuk menghidupkan dunia Internet, dan membangun kesejahteraan lewat ide dan nilai-nilai yang terkandung dalam Netizenship.”

Hauben memang seorang futurist. Kini, 15 tahun kemudian, apa yang ia dambakan menjadi kenyataan. Seorang manusia bukan lagi punya suatu identitas ke-warga-negara-an (citizenship), tapi juga punya identitas sosial di dunia internet (netizenship).

Netizen adalah penduduk di dunia virtual, yang layaknya penduduk di dunia physical, punya identitas kependudukan sipil (avatar, username), punya rumah (homepage), punya kotak pos untuk surat menyurat (alamat e-mail), punya telepon (VoIP: Voice over Internet Protocol ), bisa bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain (pakai browser, apakah itu Firefox, Internet Explorer, Opera, dan lain sebagainya).

Citizen vs Netizen Warga negara di suatu wilayah selalu punya hak dan kewajiban yang lebih dari non-citizen. Mereka merasa berhak untuk menentukan aturan main di wilayah mereka sendiri.

Karena itu mereka memerintah sebagai eksekutif, mengawasi sebagai legislatif dan mengadili sebagai yudikatif. Tidak hanya untuk cangkupan negara, tapi juga bisa berlaku untuk sebuah kota atau bahkan desa sekalipun.

Karena itu juga Citizen merasa dominan dibanding Non-Citizen. Citizen mengorganisir wilayahnya karena mereka merasa yang punya. Citizen bangga akan ke-lokal-an mereka.

Mereka bahkan dengan jelas membuat simbol simbol identitas, seperti bahasa, bendera, lagu kebangsaan dan sebagainya. Mereka berusaha memisahkan diri dan menjaga jarak dari Citizen dari wilayah lain.

Perang antar wilayah gampang terjadi karena masing-masing memang menciptakan perbedaan. Tapi, paradigma seperti ini jadi runtuh ketika Teknologi New Wave datang. Di dunia baru yang horisontal ini mendadak terjadi pembalikan aturan main. Mendadak saja, Netizen sudah tidak peduli lagi akan perbedaan vertikal dalam bentuk status, usia, pangkat, jabatan, bangsa, suku bahkan agama!

Kesempatan berkomunikasi secara many-to-many membuat Netizen yang berasal dari berbagai Citizen itu jadi satu komunitas super. Mereka bahkan membuat aturan baru yang bersifat inklusif dan terbuka. Mereka pun memasuki wilayah Citizen untuk turut campur dalam masalah yang mereka anggap tidak fair baik, demi kemanusiaan maupun keplanetan.

Netizen memang bisa berdebat secara “deep and wide” karena dimungkinkan teknologi, tapi mereka lebih cenderung untuk mengkoreksi satu sama lain. Saya mengatakan bahwa Netizen bahkan mampu “organizing the heart,” karena mereka bisa merasakan tanpa bertemu.

Netizen memang sering lebih emosional ketimbang Citizen dalam membahas sesuatu. Tapi justru di sana lah kekuatan Netizen untuk menjadi “Heart of the World.” Tidak semua Citizen, bisa jadi Netizen karena sifatnya yang sangat berbeda. Tapi semakin kelihatan bahwa Citizen yang lokal semakin terdesak oleh Netizen yang global! Citizen yang bersifat off-line memang sudah sangat membutuhkan Netizen yang on-line.

Tulisan 6 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com