Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seks: Kegelisahan atau Hasrat Bagi Kawula Muda?

Kompas.com - 20/10/2010, 15:37 WIB

Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc) Bersama Joseph Kristofel (Associate Research Manager, MarkPlus Insight) KOMPAS.com - Saat SMP, muda-mudi di kompleks tempat saya tinggal, diikutsertakan dalam sebuah seminar seks, atau lebih tepatnya pendidikan seks untuk anak muda, yang dipandu oleh beberapa dokter. Di situ kami dijelaskan dengan detail organ seksual manusia beserta fungsinya. Di samping itu, ada juga penjelasan tentang penyimpangan seks, dan penyakit-penyakit yang menyerang organ seksual akibat perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Wah pokoknya, itu menjadi seminar yang sangat komprehensif bagi kami yang masih ”buta” soal seks saat itu.

Dalam seminar itu, kami merasa begitu excited, namun agak salah tingkah dan kikuk karena adanya satu ”dorongan” yang sulit dikendalikan, khususnya saat slide demi slide ditampilkan, semakin berdebar-debar rasanya. Ya pastinya karena kami tidak terbiasa membahas seksualitas secara terbuka dan gamblang seperti saat itu. Bahkan, ketika kami baru akan didaftarkan ke seminar ini saja, pembicaraan diantara kami sudah begitu intens, karena didorong rasa ingin tahu yang besar dan ketidak-sabaran menunggu waktunya tiba.

Nah cerita ini, sebenarnya flashback ke masa 20 tahun yang lalu, dimana kami anak-anak muda di era itu, begitu tertarik dan penasaran pada hal-hal yang berbau seksual, sehingga dengan semangat, kami mengikuti sebuah seminar. Padahal saat itu, di waktu yang berbeda, ketika kami diminta berpartisipasi dalam seminar tentang ”kesetiakawanan sosial”, sedikit sekali yang mau mendaftar. Karena buat kami saat itu, topik itu tidak menarik sama sekali.

Mungkin ada yang bertanya, apakah dorongan seks yang besar, juga terjadi pada anak muda di era sekarang? Atau pertanyaan selanjutnya, mengapa anak muda memiliki dorongan dan rasa penasaran yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks? Dari riset yang kami lakukan, ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan antara anak muda masa lalu dengan anak muda masa kini, khususnya dalam hal ketertarikan mereka terhadap seks. Bahkan bila dilihat dari tingkat keberaniannya, anak muda saat ini, jauh lebih berani dalam melakukan eksplorasi seksual mereka.

Seorang responden pemudi mengatakan, bahwa rasa ingin tahu terhadap hal-hal seksual itu dimulai saat SMP, saat mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, dan mulai pacaran ”cinta monyet”. Tentu saat itu bentuk eksplorasi seksualnya, masih sangat terbatas. Cium pipi saja, jantung sudah mau copot. Saat SMA, keberanian semakin besar, mulai berani cium bibir dan seterusnya, hingga akhirnya berani melakukan hubungan seks pada kelas tiga SMA. Pola yang mirip, juga saya dapatkan dari pengakuan seorang pemuda. Yang membedakan, di kalangan anak laki-laki, umumnya, pengenalan pertama mereka terhadap konten-konten seks, terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan perempuan. Bahkan beberapa responden laki-laki, menyatakan sudah pernah melihat konten porno pada saat masih SD.

Teman, internet dan film dewasa adalah tiga sumber pengenalan akan seks yang paling dominan di kalangan anak muda. Itulah sebabnya, seringkali mereka mendapatkan informasi yang salah dan menyesatkan. Seks di kalangan anak muda, memang memiliki daya tarik yang luar biasa, tapi juga masih menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Diskusi dengan orang tua soal seks, paling anti dilakukan oleh anak muda, karena keterbukaan di dalam keluarga soal seks, bukanlah bagian dari adat budaya timur. Anak muda mengaku risih sekali bila harus bertanya soal seks pada orang tua mereka, jauh lebih baik diskusi dengan teman.

Bila ternyata seks adalah salah satu ”desire” nya anak muda, sebenarnya adalah hal yang wajar. Pertama, tentu karena pengaruh hormonal yang sangat alamiah terjadi setelah melewati masa puber, yang menurut para ahli semakin meningkatkan dorongan dan hasrat seksual manusia. Kedua, expose media di era ini terhadap hal-hal yang sifatnya seksual, semakin bebas saja. Ditambah lagi dengan penetrasi internet yang semakin luas di kalangan anak muda, yang memungkinkan lewat hape untuk mendapatkan berbagai informasi, bahkan mengunduh konten-konten dewasa, yang tentu saja semakin ”membakar” hasrat mereka terhadap seks. Ketiga, adanya norma sosial dan norma agama yang begitu kuat, yang seringkali mengekang dan membatasi anak muda untuk bersentuhan dengan hal-hal yang sifatnya seksual, tanpa memberikan alasan dan arahan yang bisa mereka pahami, justru membangkitkan rasa ingin tahu yang semakin besar, di sebagian anak muda.

Bisa kita bayangkan, ketika anak muda diperhadapkan pada ”pengalaman baru”, dimana ada ”dorongan” alamiah yang begitu kuat akibat perubahan secara hormonal, ditambah mudahnya mendapatkan konten yang bernuansa pornografi, tentunya semakin melipatgandakan hasrat mereka. Dengan memiliki pendidikan seks yang minim, ditambah lagi adanya batasan dari norma agama dan sosial, justru meningkatkan rasa penasaran mereka untuk melakukan eskplorasi seks yang lebih dalam.

Nah, melihat kondisi seperti ini, rasanya, pendidikan seks yang benar dan proporsional, di sekolah-sekolah memang sudah diperlukan. Norma agama harus tetap dipertahankan, untuk memberikan kontrol bagi anak muda, tapi pendekatannya yang sudah harus bertransformasi, sehingga model doktrin ”wis pokoknya” tidak lagi digunakan, tapi pendekatan yang lebih horisontal, dengan berdiskusi memberikan pengertian, yang dikedepankan.

Saat ini, beberapa brand telah mengangkat tema iklan yang berkaitan dengan seksualitas untuk mencuri perhatian anak muda yang menjadi target marketnya. Tapi sayang sekali, tidak banyak brand yang melihat adanya peluang untuk mendapatkan loyalitas anak muda dengan menjadi sahabat mereka, dengan menjadi rujukan terpercaya dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan organ reproduksi dan seks anak muda.

----- Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 800 responden anak muda di 6 kota besar di Indonesia, SES A-B, Umur 16-35, yang dilakukan bulan Februari-Maret 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.

Tulisan 13 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com