Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Hitung Kerugian Final Merapi

Kompas.com - 16/11/2010, 08:46 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Pemerintah memperkirakan hasil perhitungan final tentang kerugian ekonomi akibat bencana letusan Gunung Merapi akan selesai dalam sepekan ke depan. Perhitungan ini penting untuk menetapkan besaran dukungan anggaran yang dibutuhkan di daerah bencana.

"Saat ini hitungan angka pastinya belum keluar. Potensinya memang besar. Namun, minggu depan saya perkirakan bisa keluar setelah laporan dan kajian dari semua kementerian selesai. Saat ini mereka sedang memetakan semuanya," ujar Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perda Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady di Jambi, Selasa (16/11/2010).

Menurut Edy, dari sekian subsektor industri yang akan direvitalisasi pascabencana, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan menjadi prioritas utama pemerintah. Saat ini sedang dimatangkan apakah kreditnya akan diberi insentif hingga kemungkinan soal hapus buku, misalnya, jika obyek usaha mereka hilang, lanjutnya.

Meletusnya Gunung Merapi melumpuhkan berbagai sektor, baik pariwisata, perhotelan, pertanian, peternakan, maupun perikanan. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah, bahkan triliunan rupiah.

Dampak ekonomi letusan Merapi di Jawa Tengah antara lain adalah lumpuhnya wisata Candi Borobudur. Kerugian riil belum terdata seluruhnya, tetapi yang lebih penting Borobudur, yang tertutup abu vulkanik cukup parah, perlu penanganan cepat. Obyek wisata ini tutup total selama tiga minggu letusan Merapi berlangsung. (Kompas, 15/11/2010)

Sebanyak 3.000 pedagang di Taman Wisata Candi Borobudur hampir tiga minggu menganggur. Sebuah hotel di Kabupaten Magelang harus mengeluarkan dana minimal Rp 20 juta untuk pembenahan serta Rp 1 juta untuk biaya bahan bakar genset karena listrik berhari-hari padam. Itu belum termasuk nilai pembatalan transaksi kamar.

Letusan Merapi merusak sektor pertanian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kerugian diperkirakan Rp 247,3 miliar. Tanaman yang rusak terdiri dari padi, buah salak, dan sayuran.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Magelang menyebutkan, kerusakan terjadi pada sebagian besar tanaman di 12 kecamatan karena tertutup abu vulkanik. Nilai kerugian terbesar terjadi pada tanaman salak, yaitu sebesar Rp 84,01 miliar. Nilai kerugian ini termasuk kerugian akibat ekspor salak yang tertunda karena 65 persen tanaman salak rusak dan gagal panen.

Hal yang sama dialami Kabupaten Sleman. Salak pondoh yang telah mendunia menjadi porak-poranda oleh abu vulkanik. Dari 2.000 hektar kebun salak, 1.400 hektar di antaranya rusak berat.

Setiap hektar (ha) ditanami sekitar 2.000 rumpun salak dan setiap rumpun menghasilkan 10 kilogram salak per tahun. Jika dihitung dengan harga termurah Rp 5.000 per kg, maka untuk 1.400 ha kerugian mencapai Rp 140 miliar. Demikian Riyadi Martoyo, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman.

Kerusakan juga terjadi pada 201 ha hutan rakyat, 309 ha hutan negara, dan 357 ha areal perkebunan. Erupsi Merapi menghabiskan tanaman, seperti kopi, kelapa, lada, kakao, dan cengkeh, terutama di dusun-dusun di tepi Kali Gendol. Diperkirakan kerugian sektor perkebunan sebesar 1,5-2 kali lipat dari yang kini terdata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com