Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Pernah Sesali Besarnya Subsidi buat Rakyat

Kompas.com - 14/12/2010, 09:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Badan Anggaran DPR yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo, mengatakan, besarnya anggaran subsidi bagi kepentingan pembangunan ekonomi rakyat jangan pernah sekali pun disesali.

"Sebab, subsidi bukan kebijakan haram. Terpenting adalah subsidi itu, berapa pun besarnya, tepat sasaran dan tepat guna," tegasnya seperti dikutip Antara di Jakarta, Selasa (14/12/2010).

Bambang Soesatyo, yang juga Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar tersebut, mengingatkan pula, saat ini fondasi ekonomi negara ataupun ekonomi rakyat belum bisa dikatakan sudah pulih. "Buktinya, aneka bahan kebutuhan pangan pun masih harus kita impor," ungkapnya.

Subsidi halal Dalam kondisi seperti itu, menurut Bambang Soesatyo, negara dan rakyat harus bahu-membahu memulihkan kekuatan ekonomi bangsa. "Maka, menerapkan politik subsidi adalah opsi yang halal. Demi ketahanan ekonomi negara, siapa pun yang coba mengharamkan politik subsidi di Indonesia tak perlu didengar," tandas anggota Komisi III DPR (bidang Hukum, HAM, Perundang-undangan dan Kepolisian) tersebut.

Ia lalu menunjuk Anggaran Belanja Subsidi 2010 diperkirakan melonjak sampai 104 persen. "Angka ini seperti mereflesikan keterkejutan sebab APBN-P 2010 hanya mengalokasikan belanja subsidi Rp 201,8 triliun," ungkapnya.

Dikatakannya lagi, akibat subsidi pupuk, benih, dan bunga kredit, realisasi belanja subsidi hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp 209,872 triliun. "Menurut saya, berapa pun besarnya, selama alokasi dan distribusi anggaran subsidi tepat sasaran dan tepat guna, volume subsidi tak perlu dipersoalkan. Pupuk, benih, dan bunga kredit adalah faktor-faktor yang besar pengaruhnya dalam penguatan ekonomi rakyat," ujarnya.

Jadi, lanjutnya, otomatis subsidi dari negara amat diperlukan. "Yang penting, tidak diselewengkan. Dan tugas utama pemerintah dan DPR adalah merancang alokasi anggaran pembangunan seefisien mungkin serta menghindari Indonesia dari perangkap krisis akibat gelembung subsidi, sebagaimana yang terjadi di Uni Eropa saat ini`" tegas Bambang Soesatyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

    Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

    Whats New
    Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

    Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

    Whats New
    BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

    BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

    Whats New
    Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Work Smart
    Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

    Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

    Whats New
    Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

    Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

    Work Smart
    Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

    Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

    Whats New
    Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

    Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

    Whats New
    Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

    Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

    Whats New
    Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

    Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

    Whats New
    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

    Whats New
    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

    Whats New
    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

    Whats New
    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

    Whats New
    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com