Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Dianggap Hama, Kini Jadi Maskot

Kompas.com - 19/12/2010, 13:59 WIB

KOMPAS.com — Berkat luwak, nama kota Liwa mendunia. Hewan sejenis musang itu pun kemudian dijadikan maskot daerah. Gambarnya bertaburan di pakaian batik berwarna merah yang wajib dikenakan para pegawai negeri sipil di Lampung Barat setiap Jumat.

Tak disangka-sangka, keberadaan luwak secara alamiah itu akhirnya menjadi begitu berarti. Padahal, selama ini masyarakat Lampung Barat dan petani kopi di Liwa khususnya menganggap binatang tersebut sebagai hama.

Selain sering memakan kopi di kebun, luwak-luwak liar kerap masuk ke perkampungan dan mencuri ayam milik warga. Kebun-kebun pisang, pepaya, dan kakao pun tak luput dari hewan omnivora, pemangsa berbagai macam makanan—baik daging maupun buah-buahan—itu.

”Dulu, luwak banyak dibunuh. Biasanya pakai Timex, racun babi,” cerita Gunawan Supriadi (41), pengusaha kopi luwak di Way Mengaku, Liwa, Lampung Barat, yang dihubungi pada pekan lalu.

Empat tahun terakhir, seiring menggeliatnya industri kopi luwak rumah tangga di Liwa, hewan penghasil kopi enak itu pun mendadak jadi populer dan diburu. Seekor luwak jenis musang bulan kini bisa dihargai Rp 500.000. Untuk jenis yang mulai langka, yaitu luwak binturung atau sering disebut musang pandan, harganya mencapai Rp 1 juta per ekor.

Itulah sebabnya sekarang luwak liar semakin jarang ditemui di Lampung Barat. ”Saya juga sudah jarang menemui kotoran luwak di kebun-kebun,” ujar Burzan Barnau (45), petani kopi di Lombok Seminung, Lampung Barat. Padahal, tambahnya, pada masa-masa kecilnya dulu, luwak dan kotorannya sering dijumpai di kebun-kebun kopi.

Wartawan

Berkembangnya kopi luwak Liwa berawal dari kedatangan sejumlah wartawan televisi asing dari Hongkong tiga tahun lalu. ”Mereka datang ke sini untuk mencari kopi luwak hutan. Dari situ, lalu saya tahu bahwa (kopi luwak) ternyata dicari dan harganya mahal,” ujar Sukardi, ketua kelompok perajin kopi luwak Pesagi Mandiri.

Sejak itu pula Sukardi mengaku mulai menekuni bisnis kopi luwak. Ia pun kemudian mencari hewan tersebut untuk dipelihara. Kini sudah ratusan luwak yang dimilikinya di Way Mengaku, Liwa.

Di Way Mengaku, industri kopi luwak tidak didominasi perusahaan nasional atau pemilik modal kuat. Mulai dari hulu ke hilir, industri tersebut digerakkan warga setempat dalam skala rumah tangga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com