Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Cuma Untungkan Investor!

Kompas.com - 14/01/2011, 21:53 WIB

JAKARTA, Kompas.com Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dalimi, menyatakan, harga energi primer untuk domestik, khususnya PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), seharusnya tidak mengikuti harga internasional. Penentuan harga batu bara seharusnya menggunakan konsep keunggulan komparatif.  

Indonesia memiliki cadangan batu bara melimpah. Maka, penentuan harganya hanya mengacu pada biaya untuk memproduksi energi primer tersebut di Indonesia. Oleh karena itu, meski harga batu bara di pasar internasional naik, sebenarnya biaya produksi energi primer itu tidak bertambah.    

Karena itu, kenaikan harga internasional batu bara jangan hanya memberi keuntungan bagi investor, sedangkan masyarakat tidak, kata Rinaldy, Jumat (14/1/11) di Jakarta. Jika tidak tercapai kesepakatan harga batu bara antara penambang dan PLN, pasokan batu bara untuk pembangkit listrik dikhawatirkan akan tersendat.  

Negara lain, seperti Afrika Selatan, menetapkan harga khusus untuk batu bara. Jadi, meski harga internasional naik, harga batu bara untuk domestik tetap sehingga industri batu bara berkembang pesat seperti gasifikasi.

Harga batu bara dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010, yang antara lain mengatur harga batu bara acuan rata-rata kuartal IV-2010 adalah harga tahun 2011, dinilai masih relevan.  

Menteri ESDM, menurut Rinaldy, harus turun tangan dalam menyelesaikan persoalan ketidaksepakatan harga antara PLN dan pemasok batu bara. Agar pemerintah bisa mengontrol harga dan menjamin pasokan batu bara, badan usaha milik negara bidang energi diusulkan tidak ada yang menjadi perusahaan publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com