Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Farid Rahman berpendapat, ”kue” kredit UKM sangat besar. Bank dapat bermain di ceruk masing-masing karena selalu ada pasar yang tersedia.
”Karena persaingan lebih ketat, pelayanan perbankan kini harus lebih baik,” ujar Farid di Jakarta, Kamis (17/2).
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Wanita Pengusaha, Wanita Pekerja, Gender, dan Urusan Sosial Nina Tursinah, bank yang dikuasai asing kini mau turun ke lapangan menangkap potensi nasabah kredit UKM yang ada.
Menurut Nina, bank asing yang mengincar UKM mempertimbangkan bisnis dalam jangka panjang. Sementara perbankan nasional dalam mendekati UKM selalu mempersoalkan biaya tinggi. Padahal, semestinya ada mekanisme yang bisa dibangun untuk memperkecil biaya.
Apindo bekerja sama dengan bank umum menjembatani kredit ke UKM binaan Apindo dengan suku bunga 9,5 persen. Menurut Nina, ada usaha binaan Apindo yang membutuhkan modal maksimal Rp 20 juta. Namun, ada yang hingga Rp 500 juta.
Ada 51,26 juta UKM di Indonesia tahun 2010. Kontribusi UKM terhadap PDB mencapai Rp 2.609 triliun atau hampir seperempat dari total PDB nasional. Peran UKM terhadap ekspor nonmigas Rp 142,8 triliun.
PT Bank DBS Indonesia yang dikuasai DBS Singapura mengakui mengincar kredit UKM. Komisaris Bank DBS Indonesia Bernard Tan menyebutkan, DBS akan memacu pertumbuhan kredit UKM, selaras dengan harapan Bank Indonesia.
Presiden Direktur DBS Indonesia Hendra Gunawan menambahkan, penetrasi bank asing dalam kredit UKM terkendala jaringan. Portofolio total kredit Bank DBS Indonesia pada tahun 2009 mencapai Rp 14,9 triliun.