PALEMBANG, KOMPAS
Muhlis (40), penyadap karet di Dusun Talang Kelapa, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Palembang, Sumsel, mengaku memperoleh Rp 10.000 untuk setiap kilogram getah karet yang disetor ke pengepul. Dampaknya kini pendapatan dia naik tiga kali lipat ketimbang tahun-tahun sebelumnya. ”Sudah dua bulan ini harga karet tinggi. Setiap lima hari sekali, pendapatan kami bisa Rp 400.000-Rp 450.000,” kata Muhlis, Kamis (17/2).
Peningkatan pendapatan ini berlangsung sejak dua bulan lalu. Tahun lalu, Muhlis hanya memperoleh rata-rata Rp 2.600 untuk setiap kilogram getah karet yang disetorkan. Sebagai penggarap, ia hanya menggarap kebun karet milik orang lain. Dari sekitar 100 pohon karet garapannya, ia memperoleh 40-45 kg getah karet setiap lima hari sekali.
Menurut Muhlis, volume itu jauh lebih rendah dari seharusnya. Pemicunya antara lain usia tanaman yang lebih dari 12 tahun.
Di tingkat pengepul, getah karet disetor ke pabrik pengolahan dengan harga hampir dua kali lipat dari tingkat petani penggarap. Petani tak dapat menyetor sendiri ke pabrik karena jumlah getah karet yang dihasilkan terlalu sedikit.
Muhlis mengaku hanya dapat menuruti harga yang diberikan pengepul tanpa dapat menawar. ”Setor ke pabrik itu biasanya lebih dari 2 ton getah karet. Produksi saya 100 kg pun tidak sampai. Apalagi, kalau hujan terus, hasilnya bisa turun drastis. Selain itu, saya juga tidak punya transpor untuk membawa getah karet ke pabrik,” katanya.
Petani karet, M Yahya (67), yang menjual langsung getah karetnya ke pabrik, mengatakan, harga getah karet yang diberikan pabrik pada pertengahan Januari 2010 mencapai Rp 23.700 per kg. Dengan harga ini, keuntungan bersih petani mencapai lebih dari Rp 15.000 per kg. ”Biaya perawatan rata-rata Rp 8.000 untuk setiap kilogramnya,” ujarnya.
Tingginya peningkatan harga getah karet ini mulai dirasakan pada November 2010 atau naik 17 persen dibandingkan dengan posisi Agustus 2010 dan terus meningkat hingga saat ini. Yahya yang memiliki 3.000 pohon karet itu menyetorkan langsung getah karet ke pabrik rata-rata sebulan sekali. Jumlahnya mencapai 3-4 ton setiap kali setor. ”Harga karet rentan dipermainkan. Apalagi kalau pasokan sedang banyak,” ungkap Yahya.