Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Petakan Energi Primer

Kompas.com - 24/02/2011, 21:48 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah harus segera memetakan persediaan energi primer hingga 20 tahun mendatang untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus membengkak. Jangan sampai mengulangi kesalahan Indonesia sebagai negara dengan kandungan energi primer tapi lebih mengu tamakan ekspor ke luar negeri.

Hal tersebut diungkapkan Pengamat Perminyakan, Kurtubi, di Bandung, Kamis (24/2/2011). "Pada 20 tahun mendatang, kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan mencapai 100.000 megawatt atau hampir 5 kali dari keseluruhan kapasitas terpasang dari pembangkit yang dipunya. Indonesia harus memiliki perencanaan yang matang untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya dengan memetakan kandungan energi primer yang dimiliki seperti batubara maupun gas alam," katanya.

Dia melanjutkan, Indonesia sangat berpotensi untuk bisa mengatasi tantangan tersebut karena memiliki cadangan sumber daya alam yang sangat melimpah seperti batu bara maupun panas bumi. Hanya saja, dia meminta pemerintah mengutamakan kebutuhan dalam negeri ketimbang menjualnya ke luar negeri karena tergiur keuntungan semata.

Potensi panas bumi, ujar Kurtubi, juga tidak kalah melimpah di Indonesia dengan cadangan yang tersebar di Sumatera, Jawa, dan Bali. Dari seluruh kandungan yang dimiliki, diperkirakan hanya termanfaatkan 5 persen saja. Beberapa wilayah yang memiliki kandungan panas bumi, khususnya di Jawa, berada di wilayah Perhutani maupun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sehingga terganjal peruntukan wilayah.

Wakil Rektor Institut Teknologi Bandung, Wawan Gunawan, menuturkan bahwa ada beberapa versi mengenai peningkatan kapasitas seperti Dewan Energi yang menyebut 8.000-10.000 MW per tahun, ada pula PLN yang menyebut 7.000 MW per tahun. Untuk itu, pihaknya menaruh perhatian untuk berpartisipasi dalam masalah tersebut.

Pendiri Medco Energy, Arifin Panigoro, menyebut bahwa kebutuhan hingga 100.000 MW jangan dilihat sebagai tantangan saja, melainkan kesempatan untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk mencukupi kebutuhan listrik itu, membutuhkan ribuan proyek pembangkitan listrik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tentunya menjadi nilai tambah yang luar biasa.

Roadmap kelistrikan

Dalam kesempatan yang sama, Arifin menuturkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan ITB untuk mengumpulkan karya tulis dari selur uh mahasiswa yang bisa berkontribusi terhadap rencana kelistrikan Indonesia. ITB juga bakal mengadakan seminar yang diikuti para pemangku kebijakan kelistrikan, termasuk legislatif maupun pemerintah untuk bersama-sama menyusun roadmap kebijakan kelistrikan.

Menurut Arifin, perencanaan jangka panjang harus dimulai sejak dini. Jangan sampai pemerintah membuat kebijakan instan begitu menyadari masalah energi di depan mata. Hasilnya bisa dipastikan berupa kegagalan. Seminar tersebut akan digelar pada bulan Mei.

"Seminar ini diharapkan bisa menjadi sumbangan nyata perguruan tinggi kepada ketenagalistrikan nasional, memberi penyadaran bahwa hal itu adalah tulang punggung ekonomi nasional," kata Wawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com