Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Gas Rp 341 Triliun Bisa Terganggu

Kompas.com - 14/03/2011, 17:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekspor gas Indonesia ke Jepang yang nilainya mencapai Rp 341 triliun per tahun bisa terganggu karena permintaan gas Jepang diperkirakan menurun. Permintaan gas itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan akan melambat sebagai dampak bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.

Pengamat Energi dari ReforMiner Institute (Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi), Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Senin (14/3/2011).

Menurut Pri Agung, jika gempa dan tsunami di Jepang betul-betuk berdampak signifikan pada perlambatan ekonomi Jepang, maka pengaruhnya pada ekspor migas Indonesia akan sangat besar. Itu disebabkan, 65 persen ekspor LNG Indonesia diarahkan ke Jepang.

"Nilai penjualan LNG Indonesia ke Jepang mencapai Rp 341 triliun per tahun. Itu berkontribusi ke penerimaan negara sebesar 40 persen. Itu bisa terganggu," ujarnya.

Secara terpisah, Menteri Keuangan Agus Darmawan Martowardojo optimistis, dampak gempa dan tsunami pada perekonomian Jepang secara keseluruhan tidak akan signifikan. Karena gempa dan tsunami hanya merusak kawasan di sekitar Miyagi, yang merupakan kawasan dengan kontribusi terhadap perekonomian Jepang relatif rendah dibandingkan kawasan lain.

"Untuk Jepang, kami menganggap bahwa dari total Jepang, daerah yang dilanda bencana tidak terlalu besar dibanding total ekonomi Jepang. Namun, dengan adanya bahaya terkait nuklir itu menjadikan kita perlu lebih waspada. Kami prihatin terhadap kondisi yang terjadi, kami tahu ini bakal ada dampaknya," katanya.

Indonesia juga mencermati perkembangan risiko pasar modal Jepang terkait dengan penurunan peringkat utang negara itu. Penurunan peringkat utang itu terjadi karena rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) di Jepang sudah mencapai 200 persen.

"Itu jauh lebih tinggi dibandingkan peringkat utang Indonesia yang ada di level 26 persen terhadap PDB," ujar Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com