Jakarta, Kompas -
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto di Jakarta, Rabu (23/3).
”Pertumbuhan ekonomi dan pemulihan akibat bencana membuat kebutuhan konsumsi kayu terus meningkat. Investor bisa memanfaatkan momentum dengan sebaik-baiknya,” ujar Hadi.
Kementerian Kehutanan sendiri berharap pertumbuhan bisnis kehutanan berdampak positif kepada kenaikan penerimaan. Kementerian Kehutanan mendapat target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun 2011 sebesar Rp 2,94 triliun.
Sampai Februari, realisasi
Adapun tunggakan utang dana reboisasi (DR) yang terjadi sejak tahun 1990-2000 sudah mencapai Rp 1 triliun saat ini. Sebanyak 28 perusahaan hutan tanaman industri (HTI) sudah melunasi pinjaman Rp 907,9 miliar.
Sebanyak 36 perusahaan HTI sudah mendapat persetujuan penjadwalan ulang pembayaran utang dan 28 perusahaan lain masih terus mencicil utang DR.
Adapun nilai utang yang sudah dibayarkan ke negara mencapai Rp 1,15 triliun. Kementerian Kehutanan masih terus menagih tunggakan utang yang terjadi pada masa Orde Baru tersebut.
Sejumlah perusahaan HTI meminjam dana reboisasi, yang dipungut dari hasil penebangan kayu alam dengan dalih untuk mengembangkan hutan tanaman industri. Akan tetapi, dalam perjalanan terjadi krisis moral karena para peminjam bukan membangun HTI, melainkan malah berbisnis di sektor lain, misalnya properti.
Sementara itu, pasokan ketat saat permintaan naik membuat harga kayu lapis naik tajam. Hal ini membuka peluang industri kehutanan nasional untuk memanfaatkan momentum yang baik bagi pertumbuhan investasi.
Secara terpisah, pengusaha kayu lapis yang juga pengurus Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) David menjelaskan, harga kayu lapis setebal 24 milimeter ukuran 3 x 6 kaki mencapai 900 dollar AS per meter kubik di Jepang dan 700 dollar AS per meter kubik di pasar Amerika Serikat.
”Dua bulan yang lalu harganya belum setinggi sekarang ini. Saat ini benar-benar menjadi momentum bagi industri kayu nasional,” ujarnya.