JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melunasi utang 436 juta dollar AS sepanjang tahun lalu. Pinjaman dari European Credit Agency (ECA) termasuk dalam daftar utang yang dilunasi Garuda tahun silam. Nilai utang maskapai itu per akhir 2010 adalah Rp 10,19 triliun, turun dari outstanding di akhir 2009 yang Rp 11,58 triliun.
Presiden Direktur GIAA Emirsyah Satar menyatakan, perusahaannya tidak merencanakan restrukturisasi utang tahun ini. Meskipun, utang yang harus dibayar Garuda setiap tahunnya mencapai 40 juta dollar AS-50 juta dollar AS. "Utang itu harus kami bayar mulai tahun ini sampai 2016," tutur dia.
GIAA juga masih mempunyai utang jangka panjang senilai Rp 1,62 triliun. Salah satunya berupa utang wesel bayar berbunga mengambang atau floating rate notes (FRN) Rp 717,15 miliar. FRN tersebut terpecah dalam mata uang dollar AS senilai Rp 620,66 miliar dan rupiah Rp 96,49 miliar.
Garuda juga memiliki utang ke Pertamina senilai Rp 646,41miliar. Kreditur Garuda yang lain adalah Angkasa Pura II, Indonesia Eximbank, Angkasa Pura I, Bank CIMB Niaga, Bank Negara Indonesia, dan PT Mandiri Tunas Finance.
Emirsyah memastikan, Garuda tidak berniat menggunakan hasil Initial Public Offering (IPO) untuk melunasi utang. Ia menegaskan, dana IPO hanya akan digunakan untuk menambah jumlah armada baru.
Belanja modal
Untuk tahun 2011, GIAA menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) dengan nilai berkisar 125 juta dollar AS- 130 juta dollar AS. Sedangkan capex sampai dengan tahun 2015 mencapai 1,3 miliar dollar AS. Seluruh capex dialokasikan untuk membeli pesawat baru.
Rencananya, Garuda akan mendatangkan 11 unit pesawat baru. Per akhir 2010, Garuda memiliki 89 unit pesawat. Citilink, lini usaha Garuda di pasar low cost carrier (LCC) juga akan mendatangkan 25 unit pesawat baru pada tahun ini.
Kehadiran pesawat baru itu mengharuskan maskapai tersebut merekrut karyawan baru. Elisa Lumbantoruan Direktur Keuangan GIAA menyatakan, GIAA sudah menyiapkan anggaran untuk merekrut dan mendidik awak kabin baru. "Biasanya proses pendidikan membutuhkan waktu tiga bulan," kata dia. Biaya pendidikan pilot selama tiga bulan berkisar 30.000 dollar AS- 50.000 dollar AS per orang.
Menurut Elisa, dana belanja modal tersebut berasal dari hasil IPO dan pinjaman perbankan. "Kami masih mempunyai fasilitas pinjaman dari bank club senilai 80 juta dollar AS," ujar dia. Bank yang menjadi pemimpin loan club tersebut adalah Citibank dan UBS.