Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Harmoni Desa Penglipuran

Kompas.com - 14/04/2011, 08:34 WIB

Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di desa itu hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan poligami atas sepengetahuan istri pertama atau tidak, ia tetap harus mendapatkan hukuman. Hukuman yang dijatuhkan adalah dikucilkan.

Ya laki-laki itu tak boleh tinggal serumah dengan istri pertamanya selamanya. Parahnya, ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan baik batin maupun secara sosial. Wah....

Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan itu pun dinamai Karang Memadu. Luas tanahnya hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun lalu hingga sekarang, Karang Memadu belum pernah ditempati sehingga masih berupa tanah tanpa bangunan.

Sekitar 1994, warga sempat terpikir untuk mengubahnya, tetapi batal. Sepertinya, kaum lelaki tak ada yang berani melanggar dan mengubah awig- awig!

Selain dilarang menduakan istri, warga juga enggan melakukan kesalahan lainnya, seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan kejahatan, hukumannya juga berat karena harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor ayam berbagai warna ke masing-masing empat pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua warga akan tahu siapa yang melakukan kejahatan dengan adanya upacara itu. Malu!

Sementara zona palemahan adalah zona untuk setra atau orang yang sudah meninggal. Karena secara budaya, warga Hindu Bali di Penglipuran tidak menganut budaya Ngaben. Jenazah hanya dikubur tanpa di- bakar. Alasannya, pembakaran bisa menjadikan pencemaran untuk lingkungan.

Satu lagi yang khas dari desa adat ini, minuman asli loloh cemceman! Rasanya seperti air tape atau es rujak di Pulau Jawa. Namun, warnanya kehijauan karena berasal dari daun cemceman yang diperas, di beri air kelapa serta garam, dan direbus.

Begitulah harmoni Desa Adat Penglipuran terbangun. Mereka berupaya tetap menjaga keasrian adat-istiadat secara turun-temurun. Mereka pun menyadari kekuatan alam lebih dari apa pun.

Jadi hendaknya menjaga alam dengan keseimbangan. Maka tak ada salah pula jika Penglipuran menjadi alternatif pelipur lara dalam berwisata di Pulau Dewata...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com