Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelas Menengah Dorong Peningkatan Konsumsi

Kompas.com - 26/07/2011, 03:32 WIB

Surabaya, Kompas - Pertumbuhan kelas menengah diyakini bisa mendongkrak konsumsi susu dalam negeri. Peningkatan konsumsi tersebut harus dibarengi dengan produksi susu yang mencukupi. Sayangnya, sampai kini, sekitar 70 persen bahan baku susu masih diimpor. Rendahnya produktivitas dan kepemilikan sapi penyebab rendahnya produksi susu.

Hal tersebut mengemuka dalam lokakarya bertema ”Pengembangan Persusuan yang Berkelanjutan di Indonesia”, yang diselenggarakan Nestle, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (25/7). Beberapa pembicara yang hadir Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen Kementerian Pertanian Djajadi Gunawan, serta Sulisyanto mewakili peternak.

Menurut Mahendra, konsumsi susu dalam negeri masih sangat rendah, yakni 10,47 liter per tahun per kapita. Negara-negara ASEAN lain, seperti Thailand dan Filipina, sudah dua kali lipat dari Indonesia.

”Semakin banyaknya kelas menengah akan memacu konsumsi. Orang yang sebelumnya tidak butuh susu menjadi butuh karena membaiknya pendapatan mereka,” katanya.

Dia mengatakan, peningkatan konsumsi susu dari kelas menengah tidak hanya berupa susu cair, tetapi juga produk olahannya seperti ice cream dan cokelat. ”Peningkatan konsumsi tersebut menjadi peluang bagi industri. Jangan sampai peluang itu justru diambil oleh importir. Secara khusus, kami sudah menerapkan bea masuk produk susu jadi sebesar 5-15 persen,” paparnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah populasi sapi perah 387.000 ekor. Dengan produktivitas rata-rata 10 liter per hari, maka produksi susu hanya 3,8 juta liter per hari. Jumlah tersebut baru mencukupi 30 persen kebutuhan dalam negeri.

Djajadi Gunawan mengatakan, rendahnya populasi karena kepemilikan sapi di tingkat peternak hanya 2-3 ekor, padahal idealnya enam ekor. Kendala pembiayaan menjadi salah satu penyebab utamanya. Pemerintah telah memberikan pembiayaan melalui kredit usaha rakyat dengan bunga 5 persen per tahun.

Menurut Sulisyanto, untuk memacu semangat para peternak, harga susu harus layak. Selama ini tidak ada standardisasi mutu dan harga sehingga peternak dirugikan.

Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur Nestle Indonesia Arshad Chaudhry mengatakan, Nestle berkomitmen mengembangkan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia. (ENY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com