Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Tidur di Tengah Manisnya Gula

Kompas.com - 29/07/2011, 03:01 WIB

Mimpi swasembada

Pemerintah menargetkan tahun 2014 Indonesia swasembada gula dengan produksi 5,7 juta ton. Berbagai program digulirkan, mulai dari revitalisasi pabrik gula, penambahan lahan dan pabrik gula, hingga perbaikan budidaya tebu. Namun, sampai hari ini hasilnya belum memuaskan.

Penyebabnya sebagian besar karena pemerintah sendiri. Dari aspek budidaya, misalnya, pemerintah tak menyediakan dana bongkar ratoon. Akibatnya, banyak petani memakai tanaman tebu keprasan keempat kali yang produktivitasnya rendah dan rentan penyakit. Tanpa bantuan pemerintah dan perbaikan efisiensi kerja pabrik gula, petani tak tertarik mengganti tebunya dengan bibit baru.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia pun diperlakukan sebagai BUMN yang harus menyetor dividen kepada pemerintah. ”Penelitian varietas unggul tulang punggung kejayaan gula Indonesia yang merambah dunia semasa kolonial. Penelitian butuh waktu dan pemerintah harus membiayai,” ujar anggota Komisi VI DPR dan anggota panja gula di DPR, Abdul Wachid.

Kekisruhan lain, bocornya gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk industri makanan dan minuman ke pasar umum. ”Gula rafinasi merek Bola Manis dari Makassar banjir ke pasar hingga Pontianak. Kementerian Perdagangan tidak segera mengaudit penyaluran gula rafinasi,” kata Ketua Umum DPP APTRI Sumitro Samadikoen kepada Kompas, pekan lalu.

Yeyek Sugiantoro (50), petani tebu di Desa Pondok Dalem, Kecamatan Semboro, Jember, Jawa Timur, termasuk yang merasa sesak akibat gempuran gula rafinasi. Dia menuduh gula rafinasi menyebabkan harga gula tidak naik dari kisaran Rp 8.000 per kg. Situasi diperburuk oleh rendemen yang hanya sekitar 6 persen.

”Sulit mengembalikan modal Rp 30 juta per ha,” kata Yeyek. Idealnya, demikian Yeyek, harga gula di petani Rp 8.500 per kg dan rendemen 8 persen. Apalagi produksi tebu hanya 700-900 kg per ha.

Sukamto mengaku sulit tidur karena mengkhawatirkan rendemen tebunya. ”Rendemen gula tak bergerak, masih di bawah 7 persen,” katanya.

Dengan persoalan yang jelas penyebab dan solusinya, tetapi pemerintah lambat mengoordinasikan penyelesaiannya, tak mengherankan apabila petani tak tertarik menanam tebu pada musim tanam berikut. Kalau sudah begitu, cita-cita swasembada gula tinggal jadi pemanis bibir. Apalagi pemenuhan amanat konstitusi untuk menyejahterakan rakyat.(hen/eki/eta/nmp)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com