Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Juga Bergejolak

Kompas.com - 05/08/2011, 12:38 WIB

 

 

KOMPAS.com — Harga emas naik pada Kamis (4/8/2011) di pasar New York (Jumat WIB) kembali menguat. Investor seolah beramai-ramai membeli emas seiring dengan pindahnya dana dari saham dan komoditas.  Tidak lama kemudian, logam mulia itu turun harganya, mulai berlaku seperti aset berisiko tinggi lainnya.  

Kontrak berjangka emas melonjak hingga 1.681,80 dollar AS per troy ounce (31,1 gram), dan tampaknya akan terus merangkak naik. Pada saat yang hampir bersamaan, indeks Dow Jones turun. Emas pun ikut turun, sempat mencapai 1.640 dollar AS, berarti ada perubahan 40 dollar AS hanya dalam waktu singkat.  

Kontrak untuk pengiriman Agustus akhirnya ditutup turun 7,20 dollar AS atau 0,4 persen menjadi 1.656,20 dollar AS per troy ounce.  

Perdagangan yang naik turun itu mengambarkan betapa rentannya emas ketika para investor ramai-ramai berupaya mengurangi risiko mereka. Emas yang secara tradisional menjadi investasi yang aman dan tidak terlalu bergejolak ternyata beriak juga.  

"Emas merupakan aset yang dapat dilikuidasi di tengah situasi likuid," ujar Michael Tiedemann, Kepala Investasi pada Tiedemann Wealth Management yang menginvestasikan asetnya pada emas fisik.    

Naik turunnya harga emas terjadi satu hari setelah harga komoditas secara umum juga menurun. Seiring dengan penurunan beberapa barometer perekonomian. Harga minyak mentah turun 5,8 persen menjadi 86,63 dollar AS per barrel.

Selama lima hari berturut-turut, harga minyak sudah turun 10,81 dollar AS atau 11,1 persen. Demikian pula harga komoditas lain seperti perak yang banyak digunakan pada industri, turun 2,1 persen kemarin dan sudah turun 5,4 persen pekan ini.  

"Penurunan itu terkait dengan kekhawatiran investor mengenai apakah negara besar dapat menciptakan pertumbuhan mereka," ujar Peter Rup, Direktur Pelaksana Artemis Wealth Advisors LLC.  

Harga emas sudah naik dalam beberapa pekan ini, seiring dengan kekhawatiran atas masalah utang di Eropa dan AS. Hari Rabu lalu, harga emas naik 17 persen dibandingkan tahun lalu. Berarti sudah naik 11 tahun berturut-turut dan naik 26 persen di atas titik terendahnya tahun ini yang terjadi Januari lalu.  

Beberapa investor juga membicarakan rumor bahwa CME Group yang mengelola Bursa Berjangka Comex akan menaikkan persyaratan margin untuk transaksi emas. Hal ini akan efektif membuat spekulan mengeluarkan dana lebih banyak jika ingin bertransaksi emas.  

Walaupun ada sedikit gejolak, para investor masih beranggapan gerakan itu masih wajar. Khususnya jika dibandingkan dengan gejolak pada pasar saham atau komoditas lainnya. Emas masih dapat menjadi investasi yang menggiurkan jika situasi perekonomian  belum juga ada titik terang.  

"Saya rasa tidak semua orang mengubah pandangannya tentang emas," ujar Rebecca Patterson, analis  pada  JP Morgan Asset Management.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Whats New
Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Whats New
Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Whats New
2 Solusi Lupa PIN ATM BNI, Bisa dari HP Antiribet

2 Solusi Lupa PIN ATM BNI, Bisa dari HP Antiribet

Spend Smart
Mandiri Energi, Dusun di Cilacap Ini Andalkan Listrik dari Tenaga Surya

Mandiri Energi, Dusun di Cilacap Ini Andalkan Listrik dari Tenaga Surya

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Infrastruktur Telko SUPR Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 3,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Infrastruktur Telko SUPR Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 3,8 Persen

Whats New
Menko Airlangga Yakini Kinerja Kemenko Perekonomian pada 2025 Mampu Maksimalkan Transformasi Ekonomi Menyeluruh

Menko Airlangga Yakini Kinerja Kemenko Perekonomian pada 2025 Mampu Maksimalkan Transformasi Ekonomi Menyeluruh

Whats New
Bank Tanah Siapkan 150 Hektar di IKN untuk Polri

Bank Tanah Siapkan 150 Hektar di IKN untuk Polri

Whats New
Bank Tanah Sediakan 1.750 Hektar untuk Relokasi Kampung Nelayan Terdampak IKN

Bank Tanah Sediakan 1.750 Hektar untuk Relokasi Kampung Nelayan Terdampak IKN

Whats New
2 Cara Ganti PIN ATM BCA, Bisa lewat HP?

2 Cara Ganti PIN ATM BCA, Bisa lewat HP?

Spend Smart
Akhiri Dugaan Monopoli, KPPU Terima Perubahan Antarmuka Jasa Logistik di Aplikasi Shopee

Akhiri Dugaan Monopoli, KPPU Terima Perubahan Antarmuka Jasa Logistik di Aplikasi Shopee

Whats New
Injourney Catat Laba Rp 1,1 Triliun Sepanjang Tahun 2023

Injourney Catat Laba Rp 1,1 Triliun Sepanjang Tahun 2023

Whats New
Sepanjang 2023, Nilai Ekspor Tuna RI Mencapai Rp 15,2 Triliun

Sepanjang 2023, Nilai Ekspor Tuna RI Mencapai Rp 15,2 Triliun

Whats New
BCA Mobile Sempat Alami Gangguan, Manajemen: Saat Ini Telah Kembali Normal

BCA Mobile Sempat Alami Gangguan, Manajemen: Saat Ini Telah Kembali Normal

Whats New
Kimia Farma Buka-bukaan Penyebab Rugi di 2023 Mulai dari Operasional hingga Anak Usaha

Kimia Farma Buka-bukaan Penyebab Rugi di 2023 Mulai dari Operasional hingga Anak Usaha

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com